Выбрать главу

Empat kata terakhir itu tidak membantunya juga, tapi dia mencoba lebih keras, dan berhasil melewati hari tanpa melelehkan siapapun.

Setelah kelas, Alissa mendekati meja. Sebagian darinya ingin berdiri di sana pasrah dengan wajah tersipu dan kedua tangan terkatup di belakang punggung penuh penyesalan, hanya untuk jaga-jaga, tapi beberapa naluri sunyi mengatakan padanya kalau ini mungkin adalah ide buruk. Jadi dia hanya berdiri di sana dengan wajah netral, dalam postur tubuh yang sangat pantas untuk gadis muda, dan berkata, “Profesor?”

“Nona Cornfoot,” kata Snape tanpa melihat ke atas dari lembar jawaban yang sedang dia nilai, “aku tak membalas perasaanmu, aku mulai menemukan pandanganmu mengganggu, dan kamu akan membatasi matamu mulai sekarang. Apa itu cukup jelas?”

“Ya,” kata Alissa dalam decit tercekik, dan Snape mempersilakannya keluar, dan dia berlari dari ruang kelas dengan pipinya menyala seperti lava cair.

*Chapter 29*: Bias Egosentris

Sayangnya, tak ada yang bisa mengatakan siapa itu J. K. Rowling. Kalian harus melihatnya sendiri.

Disclaimer sains: Luosha mengatakan kalau teori empati dalam Bab 27 (kamu memakai otakmu sendiri untuk menirukan orang lain) bukanlah suatu fakta ilmiah yang cukup dikenal. Buktinya sejauh ini menunjuk ke arah itu, tapi kita belum menganalisis sirkuit otak dan membuktikannya. Demikian juga, formulasi tanpa batas waktu dari mekanika kuantum (yang disinggung di Bab 28) adalah sebegitu elegan hingga aku akan terkejut bila menemukan dalam teori akhir memiliki waktu di dalamnya, tapi mereka belum ditetapkan juga.

*

Ada perasaan tenggelam di dalam perut Hermione akhir-akhir ini, setiap kali dia mendengar para murid lain membicarakannya dan Harry. Dia ada di bilik ruang mandi pagi ini ketika dia tak sengaja mendengar percakapan antara Morag dan Padma yang adalah jerami terakhir yang tertumpuk di atas cukup banyak jerami lainnya.

Dia mulai berpikir kalau terlibat dalam keadaan rival dengan Harry Potter adalah kesalahan buruk.

Jika dia tetap jauh dari Harry Potter, dia bisa jadi Hermione Granger, bintang akademik paling terang di Hogwarts, yang memenangkan lebih banyak poin untuk Ravenclaw daripada siapapun. Dia tak akan sama terkenalnya seperti Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup, tapi dia akan terkenal untuk dirinya sendiri.

Sebaliknya Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup memiliki rival akademik, dan namanya kebetulan adalah Hermione Granger.

Dan lebih buruk, dia pernah berkencan dengannya.

Gagasan untuk memasuki suatu hubungan Romantis dengan Harry sepertinya adalah suatu gagasan yang menarik pada awalnya. Dia membaca buku seperti itu, dan jika ada siapapun di dalam Hogwarts yang adalah kandidat untuk jadi pasangan cinta dari sang tokoh utama wanita itu jelas adalah Harry Potter. Cerah, lucu, terkenal, terkadang menyeramkan тАж .

Jadi dia memaksa Harry pergi kencan dengannya.

Dan sekarang dia adalah pasangan cinta dari Harry Potter.

Atau lebih buruk, salah satu pilihan di menu makan malamnya.

Dia ada di bilik ruang mandi pagi itu dan baru saja akan menyalakan airnya, ketika dia mendengar tawa kecil dari luar. Dan dia mendengar Morag membicarakan tentang bagaimana gadis Muggleborn itu mungkin tak akan bertarung cukup keras untuk menang melawan Ginevra Weasley, dan Padma berspekulasi kalau Harry Potter mungkin memutuskan kalau dia menginginkan keduanya.

Itu seolah seperti mereka tak paham kalau PEREMPUAN memiliki pilihan atas menu makan malam mereka dan PRIA berkelahi memperebutkannya.

Tapi itu bahkan bukan bagian yang menyakitkan, sungguh. Itu adalah waktu dia memperoleh nilai 98 atas salah satu tes Profesor McGonagall, beritanya bukanlah tentang Hermione Granger memperoleh nilai tertinggi di dalam kelas, beritanya adalah tentang rival Harry Potter memperoleh nilai tujuh poin lebih tinggi darinya.

Jika kau terlalu dekat dengan Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup, kau menjadi bagian dari kisahnya.

Kau tidak memiliki kisahmu sendiri.

Dan gagasan itu sudah terpikir oleh Hermione kalau dia meninggalkan semuanya saja, tapi itu akan terlalu menyedihkan.

Tapi dia memang ingin mendapatkan kembali apa yang tanpa sengaja dia biarkan hilang dengan membiarkan dirinya dikenal sebagai rival Harry. Dia ingin menjadi orang yang terpisah lagi bukannya kaki ketiga Harry Potter, apakah itu terlalu banyak untuk suatu permintaan?

Itu adalah perangkap yang sukar untuk dipanjat keluar begitu kamu terjatuh di dalamnya. Tak peduli seberapa tinggi kamu mendapatkan nilai di kelas, bahkan jika kamu melakukan sesuatu yang layak memperoleh pengumuman spesial waktu makan malam, itu hanya berarti kalau kamu sedang merivali Harry Potter lagi.

Tapi dia berpikir kalau dia sudah menemukan suatu cara.

Sesuatu untuk dilakukan yang tidak akan terlihat seperti mendorong ujung sebaliknya dari gergaji milik Harry Potter.

Itu akan jadi sukar.

Itu akan berlawanan dengan hal yang biasa dia lakukan.

Dia akan harus bertarung dengan seseorang yang sangat jahat.

Dan dia akan perlu meminta bantuan pada seseorang yang bahkan lebih jahat lagi.

Hermione mengangkat tangannya untuk mengetuk pada pintu yang menakutkan itu.

Dia bimbang.

Hermione sadar kalau dia bertingkah bodoh, dan mengangkat tangannya sedikit lebih tinggi.

Dia mencoba mengetuk lagi.

Tangannya tak cukup berhasil menyentuh pintunya.

Dan kemudian pintu itu terayun terbuka juga.

“Wah wah,” kata sang laba-laba, duduk di jaringnya. “Apakah sebegitu sulitnya kehilangan satu poin Quirrell, Nona Granger?”

Hermione berdiri di sana dengan tangannya terangkat, pipinya bertambah pink. Itu memang.

“Yah, Nona Granger, aku akan berbelas kasihan,” kata si jahat Profesor Quirrell. “Anggap itu sudah hilang. Itu, aku sudah mengambil pilihan sukar darimu. Apakah kamu tak bersyukur?”

“Profesor Quirrell,” Hermione berhasil mengatakan dalam suara yang sedikit berdecit. “Aku memiliki banyak poin Quirrel, bukan?”

“Kamu memang punya,” kata Profesor Quirrell. “Walau satu lebih sedikit dari yang kamu miliki sebelumnya. Mengerikan, bukan begitu? Pikir saja, jika aku tak menyukai alasanmu untuk datang ke sini, kamu bisa kehilangan lima puluh lagi. Mungkin aku akan mengambilnya satu тАж demi satu тАж demi satu тАж .”

Pipi Hermione jadi lebih merah lagi. “Kau sungguh jahat, apakah tak ada yang pernah memberitahumu itu?”

“Nona Granger,” kata Profesor Quirrell serius, “akan jadi berbahaya untuk memberi orang pujian seperti itu ketika mereka belum benar-benar layak memperolehnya. Si penerima akan merasa malu dan tak layak dan ingin melakukan sesuatu yang pantas menerima pujianmu. Sekarang apakah yang ingin kamu bicarakan denganku, Nona Granger?”

*

Itu adalah setelah makan siang pada Kamis sore, dan Hermione serta Harry menyamankan diri di pinggiran kecil perpustakaan, dengan menyiapkan area Quietus supaya mereka bisa berbicara. Harry terbaring pada perutnya di bawah dengan sikut bersandar di lantai dan kepalanya di kedua tangannya serta kakinya menendang-nendang dengan santai di belakangnyanya. Hermione menempati sofa empuk yang jauh terlalu besar untuknya, seolah dia adalah si Hermione pusat dari permen.

Harry sudah menyarankan kalau mereka bisa, untuk alur pertama, membaca hanya judul dari seluruh buku-buku di dalam perpustakaan, dan kemudian Hermione bisa membaca seluruh daftar isinya.

Hermione berpikir kalau ini adalah ide brilian. Dia tak pernah melakukan itu dengan suatu perpustakaan sebelumnya.

Sayangnya ada sedikit cacat dalam rencana itu.

Yaitu, mereka berdua adalah Ravenclaw.

Hermione sedang membaca satu buku yang berjudul Magical Mnemonics.

Harry sedang membaca satu buku yang berjudul The Skeptical Wizard.

Masing-masing berpikir kalau itu hanya satu pengecualian spesial yang mereka buat yang hanya untuk satu kali ini saja, dan keduanya belum menyadari kalau adalah mustahil bagi masing-masing dari mereka untuk selesai membaca seluruh judul buku tak peduli seberapa keras usaha mereka.