“Harry,” kata Hermione, di saat yang tepat sama Zabini berkata, “Malfoy.”
“Malfoy berpikir kalau dia jauh lebih baik daripada semua orang,” kata Zabini.
“Dan Harry тАж tidak benar-benar melihat kebanyakan orang lain seperti itu,” kata Hermione.
Itu bisa dibilang menyedihkan, sebenarnya. Harry besar dengan sangat, sangat sendiri. Bukannya dia berkeliling dalam kata-kata bahwa hanya para jenius yang memiliki hak untuk ada. Hanya tidak terpikir olehnya kalau ada di dalam tentara Hermione selain Hermione yang bisa saja memiliki ide bagus.
“Bagaimanapun juga,” kata Hermione. “Kapten Goldstein dan Weasley, kalian bertugas untuk memikirkan ide strategis untuk pertempuran kita selanjutnya. Kapten Macmillan dan SusanтАУmaaf, maksudku Macmillan dan BonesтАУcoba untuk memikirkan beberapa taktik yang bisa kita gunakan, juga latihan apa pun yang kalian pikir harus kita coba. Oh, dan selamat untuk lagu marsmu, Kapten Goldstein, aku pikir itu adalah suatu plus besar untuk esprit de corps.”
“Apa yang kau lakukan?” kata Susan. “Dan Kolonel Zabini?”
Hermione berdiri dari kursinya, meregangkan tubuh. “Aku akan mencoba mencari tahu apa yang Harry Potter sedang pikirkan dan Kolonel Zabini akan mencoba mencari tahu apa yang Draco Malfoy mungkin lakukan, dan kami berdua akan bergabung dengan kalian lagi setelah kami menemukan sesuatu. Aku akan berjalan-jalan selagi aku berpikir. Zabini, kamu mau ikut?”
“Ya, Jenderal,” kata Zabini dengan kaku.
Itu tidak dimaksudkan sebagai sebuah perintah. Hermione menghela napas pada dirinya sendiri sedikit. Ini akan perlu sedikit pembiasaan diri, dan meskipun ide pertama Zabini jelas berhasil, dia tak cukup yakin kalau tanda kutip campuran insentif positif dan negatif tanda kutip dari Profesor Quirrell akan cukup untuk menjaga para Slytherin sepenuhnya di sisinya sampai Desember ketika pengkhianat akan diizinkan untuk pertama kalinya тАж .
Dia masih tak punya gagasan atas apa yang akan dia lakukan dengan permintaan Natal Profesor Quirrell, juga. Mungkin dia akan bertanya pada Mandy apakah dia menginginkan sesuatu, ketika sudah tiba waktunya.
*Chapter 32*: Jeda: Manajemen Keuangan Pribadi
“Tapi Kepala Sekolah,” Harry beralasan, beberapa dari keputusasaannya bocor ke dalam suaranya, “meninggalkan seluruh asetku di dalam satu brankas tak terdiversifikasi penuh koin emasтАУitu gila, Kepala Sekolah! Itu seperti, aku tak tahu, melakukan eksperimen Transfigurasi tanpa berkonsultasi dengan otoritas yang dikenal! Kau tidak melakukan itu dengan uang!”
Dari wajah yang bergaris sang penyihir tuaтАУdi bawah topi liburan meriah seperti pakaian bencana tabrakan otomotif antara mobil merah dan hijauтАУsuatu pandangan serius, sedih menatap ke arah Harry.
“Aku minta maaf, Harry,” kata Dumbledore, “dan aku memang menyesal, tapi mengizinkanmu kendali atas keuanganmu sendiri akan memberimu jauh terlalu banyak kebebasan bertindak.”
Mulut Harry terbuka dan tak ada suara yang keluar. Dia, secara harfiah, kehabisan kata-kata.
“Aku akan mengizinkanmu menarik lima Galleon untuk hadiah Natal,” kata Dumbledore, “yang lebih banyak dari bocah seumuranmu harusnya belanjakan, tapi tak menimbulkan ancaman, kupikirтАУ”
“Aku tak percaya kau mengatakan itu!” kata-katanya menyembur keluar dari mulut Harry. “Kamu mengakui menjadi semanipulatif itu?”
“Manipulatif?” kata sang penyihir tua, tersenyum sedikit. “Tidak, manipulatif adalah jika aku tidak mengakuinya, atau jika aku memiliki suatu motif lebih dalam di belakang yang sudah jelas. Ini cukup terang-terangan, Harry. Kamu belum siap untuk memainkan permainan, dan adalah bodoh untuk mengizinkanmu ribuan Galleon yang mana akan mengganggu papan permainannya.”
*
Keramaian dan kesibukan cerah Diagon Alley sudah meningkat beratus kali lipat dan kemudian mengganda saat Natal mendekat, dengan seluruh toko-toko yang terbungkus sihir-sihir brilian yang berkilat dan berkilau seolah semangat musim ini akan menyembur tak terkontrol dan merubah seluruh area menjadi suatu kawah liburan yang riang. Jalan-jalan sebegitu padat dengan para penyihir dalam pakaian yang meriah dan lantang hingga matamu diserang nyaris sama parahnya dengan telingamu; dan itu jelas, dari luar biasa beragamnya pembeli, kalau Diagon Alley dianggap sebagai daya tarik internasional. Ada penyihir yang terbungkus lapisan pakaian seperti mumi berhanduk, dan penyihir dalam topi formal dan jubah mandi, dan anak-anak kecil nyaris melewati masa balita yang dihiasi dengan cahaya yang menyembur nyaris sama terangnya dengan toko-toko itu sendiri, saat orangtua mereka menggandeng tangan mereka melewati negeri ajaib dan membiarkan mereka memekik sepuas mereka. Itu adalah waktunya untuk menjadi riang.
Dan di tengah-tengah seluruh cahaya dan keceriaan itu, satu nada malam terhitam; suatu atmosfir dingin, gelap yang menghapus beberapa jarak langkah berharga bahkan di tengah-tengah seluruh mania itu.
“Tidak,” kata Profesor Quirrell, dengan pandangan jijik yang suram, seolah dia baru saja menggigit suatu makanan yang tak hanya terasa menjijikkan tapi juga hina secara moral untuk awalnya. Itu adalah suatu wajah muram orang biasa akan buat setelah menggigit sebuah pie daging, dan menemukan kalau itu sudah busuk dan terbuat dari anak kucing.
“Oh, ayolah,” kata Harry. “Kamu pasti memiliki beberapa ide.”
“Tn. Potter,” kata Profesor Quirrell, bibirnya terpaku dalam garis tipis, “aku setuju untuk bertindak sebagai wali dewasamu dalam ekspedisi ini. Aku tidak menyetujui untuk menasihatimu atas pilihan hadiahmu. Aku tidak merayakan Natal, Tn. Potter.”
“Bagaimana dengan Newtonmas?” kata Harry dengan cerah. “Isaac Newton sebenarnya memang lahir pada Desember 25, bukan seperti beberapa sosok historis lain yang aku bisa sebut.”
Ini gagal mengesankan Profesor Quirrell.
“Lihat,” kata Harry, “Aku minta maaf, tapi aku harus melakukan sesuatu yang spesial untuk Fred dan George dan aku tak punya ide atas pilihanku.”
Profesor Quirrell membuat suara senandung merenung. “Kau bisa menanyakan keluarga mana yang paling mereka benci, kemudian menyewa seorang pembunuh. Aku mengenal seseorang dalam suatu pemerintahan-di-pengasingan yang cukup kompeten, dan dia akan memberimu potongan harga atas lebih dari satu Weasley.”
“Natal ini,” kata Harry, menjatuhkan suaranya ke dalam nada lebih rendah, “berikan sahabatmu hadiah тАж kematian.”
Itu membuat Profesor Quirrell tersenyum. Itu sampai jauh ke matanya.
“Yah,” kata Harry, “paling tidak kau tidak menyarankanku memberi mereka seekor tikus peliharaanтАУ” mulut Harry tertutup rapat, dan dia menyesali kata-kata itu nyaris sama persis seperti waktu kata-kata itu keluar dari mulutnya.
“Maafkan aku?” kata Profesor Quirrell.
“Tak ada,” kata Harry seketika, “cerita panjang yang bodoh.” Dan menceritakannya terasa salah entah bagaimana, mungkin karena Harry takut Profesor Quirrell akan tertawa bahkan jika Bill Weasley tidak sembuh dan semuanya kembali seperti semula тАж .
Dan di mana saja Profesor Quirrell selama ini hingga dia tak pernah mendengar kisah itu? Harry sudah memperoleh suatu impresi kalau semua orang dalam Inggris sihir tahu.
“Lihat,” kata Harry, “aku mencoba menguatkan loyalitas mereka padaku, kau tahu? Membuat si kembar Weasley sebagai pengikutku? Seperti perkataan tua yang berkata: Seorang teman bukanlah seseorang yang kamu pakai sekali dan kemudian dibuang, seorang teman adalah seseorang yang kamu pakai berkali-kali. Fred dan George adalah temanku paling berguna yang aku miliki di Hogwarts, Profesor Quirrell, dan aku berencana untuk menggunakan mereka berulang kali. Jadi jika kamu membantuku untuk menjadi Slytherin di sini, dan menyarankan sesuatu yang mereka mungkin akan jadi sangat bersyukur atasnya тАж .” Suara Harry memanjang mengundang.
Kau hanya perlu melemparkan hal-hal macam ini dengan cara yang tepat.
Mereka berjalan untuk waktu yang cukup lama sebelum Profesor Quirrell berbicara lagi, suaranya bisa dibilang penuh kebencian. “Si kembar Weasley memakai tongkat sihir bekas, Tn. Potter. Mereka akan teringat pada kemurahan hatimu di tiap Mantra yang mereka lemparkan.”