“Cukup!” teriak Albus Dumbledore.
Ada kesunyian.
Profesor Quirrell dengan perlahan memutar kepalanya untuk memandang tempat di mana Albus Dumbledore berdiri di dalam amarah sihirnya; mata mereka bertemu, dan suatu tekanan tanpa suara menekan bagai suatu beban di atas seluruh murid, saat mereka mendengarkan tak berani bergerak.
“Kau, juga, mengecewakan negara ini,” kata Profesor Quirrell. “Dan kau tahu bahayanya sama sepertiku.”
“Pidato-pidato macam itu tidak untuk telinga murid,” kata Albus Dumbledore dalam suara yang naik secara berbahaya. “Tidak juga untuk mulut seorang profesor!”
Dengan kering, kemudian, Profesor Quirrell berkata: “Ada banyak pidato yang dibuat untuk telinga-telinga dewasa, saat Pangeran Kegelapan bangkit. Dan para dewasa bertepuk tangan dan bersorak, dan pulang setelah menikmati hiburan hari mereka. Tapi aku akan menurutimu, Kepala Sekolah, dan tak membuat pidato-pidato lebih lanjut jika kau tidak menyukainya. Pelajaranku adalah sederhana. Aku akan terus tak melakukan apa pun tentang para pengkhianat, dan kita akan melihat apa yang para murid bisa lakukan untuk diri mereka tentang itu, ketika mereka tidak menunggu para profesor datang menyelamatkan mereka.”
Dan kemudian Profesor Quirrell berbalik ke arah para muridnya, dan mulutnya memelintir naik ke dalam seringai masam yang sepertinya memudarkan tekanan mengerikan itu bagaikan seorang dewa yang menghembus untuk mengusir awan-awan. “Tapi tolong baik-baiklah pada para pengkhianat sampai sekarang,” kata Profesor Quirrell. “Mereka cuma bersenang-senang.”
Ada tawa, walau itu adalah tawa cemas pada awalnya, dan kemudian sepertinya mulai membesar, saat Profesor Quirrell berdiri di sana tersenyum kecut dan beberapa dari suasana tegang terlepas dengan sendirinya.
*
Pikiran Draco masih berputar melalui ribuan pertanyaan dan suatu keadaan linglung ngeri, saat Profesor Quirrell bersiap-siap untuk membuka amplop-amplop di mana ketiganya sudah menuliskan permintaan-permintaan mereka.
Tak pernah terpikir oleh Draco sebelumnya bahwa Muggle yang bepergian ke bulan itu adalah sebuah ancaman yang lebih besar daripada ilmu sihir yang perlahan menurun, atau bahwa Ayah sudah membuktikan dirinya terlalu lemah untuk mencegah mereka.
Dan bahkan lebih aneh, implikasi yang jelas itu: Profesor Quirrell percaya kalau Harry bisa. Sang Profesor Pertahanan mengaku kalau tak membuat rekomendasi, tapi dia menyebutkan Harry Potter berulang kali di pidatonya; yang lain pasti sudah memikirkan hal yang sama seperti Draco.
Itu menggelikan. Si bocah yang menaburi kursi berbantal dengan kerlap-kerlip dan menyebutnya sebuah tahtaтАУ
Si bocah yang memandang Snape dan menang, bisik satu suara pengkhianat, bocah itu bisa tumbuh menjadi satu Pangeran yang cukup kuat untuk memerintah, cukup kuat untuk menyelamatkan kita semuaтАУ
Harry dibesarkan oleh Muggle! Dia sendiri bisa dibilang adalah seorang darah lumpur, dia tak akan bertarung melawan keluarga tirinyaтАУ
Dia mengenal ilmu mereka, rahasia-rahasia mereka dan metode-metode mereka; dia bisa mengambil seluruh sains Muggle dan memakainya melawan mereka, bersama kekuatan kita sendiri sebagai penyihir.
Tapi bagaimana jika dia menolak? Bagaimana jika dia terlalu lemah?
Kalau begitu, kata suara batin itu, itu haruslah kamu, bukan begitu, Draco Malfoy?
Dan kemudian ada suatu keheningan baru dari kerumunan, saat Profesor Quirrell membuka amplop pertama.
“Tn. Malfoy,” kata Profesor Quirrell, “permintaanmu adalah untuk тАж Slytherin memenangkan Piala Asrama.”
Ada jeda bingung dari para penonton yang melihat.
“Ya, Profesor,” kata Draco dalam suara jelas, mengetahui bahwa itu sekali lagi diperkeras. “Jika kau tak bisa melakukan itu, maka sesuatu yang lain untuk SlytherinтАУ”
“Aku tidak akan menghadiahi poin Asrama dengan tak adil,” kata Profesor Quirrell. Dia mengetuk satu pipi, terlihat merenung. “Yang membuat permintaanmu cukup sukar hingga jadi menarik. Apakah kau ingin mengatakan sesuatu tentang alasan kenapa, Tn. Malfoy?”
Draco berbalik dari sang Profesor Pertahanan, memandang keluar dari kerumunan dari hadapan latar belakang platinum dan zamrud itu. Tak semua Slytherin mendukung Dragon Army, ada faksi anti-Malfoy yang sudah mengungkapkan ketidakpuasan itu dengan mendukung sang Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup, atau bahkan Granger; dan faksi itu makin terdorong oleh apa yang sudah dilakukan oleh Zabini. Dia perlu mengingatkan mereka bahwa Slytherin artinya Malfoy dan Malfoy artinya SlytherinтАУ
“Tidak,” kata Draco. “Mereka Slytherin, mereka akan paham.”
Ada beberapa tawa dari para penonton, khususnya dalam Slytherin, bahkan beberapa murid yang akan menyebut diri mereka sendiri sebagai anti-Malfoy sesaat sebelumnya.
Sanjungan adalah suatu hal yang indah.
Draco berbalik untuk melihat Profesor Quirrell lagi, dan terkejut melihat pandangan malu pada wajah Granger.
“Dan untuk Nona Granger тАж .” kata Profesor Quirrell. Ada suara amplop yang dirobek. “Permintaanmu adalah untuk тАж Ravenclaw memenangkan Piala Asrama?”
Ada tawa yang cukup banyak dari para penonton, termasuk sebuah tawa kecil dari Draco. Dia tak berpikir Granger memainkan permainan itu.
“Yah, um,” kata Granger, terdengar seperti di seketika terbata-bata pada pidato yang sudah dihapalkan, “aku ingin mengatakan, kalau тАж .” Dia mengambil satu napas panjang. “Ada tentara-tentara dari tiap Asrama dalam bala tentaraku, dan aku tak bermaksud mengabaikan yang mana pun dari mereka. Tapi Asrama-Asrama masih diperhitungkan untuk sesuatu, juga. Adalah menyedihkan ketika para murid dalam Asrama yang sama saling mengutuk satu sama lain hanya karena mereka ada di dalam bala tentara yang berbeda. Orang-orang harus bisa mengandalkan siapapun di dalam Asrama mereka. Itulah kenapa Godric Gryffindor, dan Salazar Slytherin, dan Rowena Ravenclaw, dan Helga Hufflepuff membuat keempat Asrama Hogwarts pada awalnya. Aku adalah Jenderal dari Sunshine, tapi bahkan sebelum itu, akulah Hermione Granger dari Ravenclaw, dan aku bangga menjadi bagian dari suatu Asrama yang berumur delapan ratus tahun.”
“Dikatakan dengan baik, Nona Granger!” kata suara menggema Dumbledore.
Harry Potter mengerutkan dahi, dan sesuatu menggelitik di batas kesadaran Draco.
“Sebuah sentimen yang menarik, Nona Granger,” kata Profesor Quirrell. “Tapi ada beberapa waktu ketika adalah baik bagi seorang Slytherin untuk memiliki teman di Ravenclaw, atau bagi seorang Gryffindor untuk memiliki teman di Hufflepuff. Tentunya akan jadi yang terbaik jika kamu bisa mengandalkan baik teman-temanmu di Asramamu, dan juga teman-temanmu di bala tentaramu?”
Mata Granger tersentak sesaat menuju para murid dan para guru yang mengawasi, dan dia tak mengatakan apa pun.
Profesor Quirrell mengangguk seolah untuk dirinya sendiri, dan kemudian berputar balik menuju podium, dan mengambil dan merobek amplop terakhir. Di samping Draco, Harry Potter dengan jelas terlihat menjadi tegang saat sang Profesor Pertahanan mengambil perkamennya. “Dan Tn. Potter meminta untukтАУ”
Ada suatu jeda saat Profesor Quirrell melihat ke perkamen itu.
Kemudian, tanpa perubahan ekspresi apa pun pada wajah Profesor Quirrell, lembaran perkamennya menyala dalam api, dan terbakar dengan satu api singkat, tajam yang meninggalkan hanya debu hitam melayang terpercik jatuh dari tangannya.
“Tolong batasi dirimu sendiri ke dalam hal yang mungkin, Tn. Potter,” kata Profesor Quirrell, terdengar benar-benar sangat kering.