Suatu peradaban ilmiah, menggapai ke luar, melihat ke atas, mengetahui bahwa adalah takdir mereka untuk menjangkau bintang-bintang.
Dan suatu peradaban magis, perlahan memudar saat pengetahuan menghilang, masih diperintah oleh para bangsawan yang memandang para Muggle tak sepenuhnya manusia.
Itu adalah perasaan sedih yang teramat sangat, tapi satu yang tak mengisyaratkan keraguan apa pun.
*
Kelanjutan: Blaise Zabini.
Blaise melenggang melewati lorong dengan kehati-hatian, Kelambatan yang diterapkannya sendiri, jantungnya berdebar dengan liar saat dia mencoba menenangkan diriтАУ
“Ahem,” kata satu suara kering, berbisik dari ceruk berbayangan saat dia lewat.
Blaise melompat, tapi dia tak menjerit.
Perlahan, dia berbalik.
Di dalam sudut kecil, berbayangan itu ada suatu mantel yang sebegitu lebar dan begitu menggelembung hingga mustahil untuk mengetahui apakah sosok di bawahnya adalah pria atau wanita, dan di puncak mantel itu sebuah topi hitam berpinggiran lebar, dan satu kabut hitam seolah mengumpul di bawahnya dan mengaburkan wajah dari siapapun atau apa pun yang ada di bawahnya.
“Laporan,” bisik Tn. Topi dan Mantel.
“Aku baru saja mengatakan apa yang kau perintahkan padaku,” kata Blaise. Suaranya sedikit lebih tenang sekarang dia tak berbohong pada siapapun. “Dan Profesor Quirrell berreaksi tepat seperti yang kau perkirakan.”
Topi lebar itu miring dan lurus lagi, seolah kepala di bawahnya mengangguk. “Sempurna,” kata bisikan yang tak terkenali itu. “Hadiah yang aku janjikan padamu sudah dalam perjalanan menuju ibumu, melalui burung hantu.”
Blaise ragu-ragu, tapi rasa penasarannya memakannya hidup-hidup. “Bisa aku tanya sekarang kenapa kau ingin menimbulkan masalah antara Profesor Quirrell dan Dumbledore?” Sang Kepala Sekolah tak memiliki hubungan apa pun dengan para penindas Gryffindor sejauh yang Blaise tahu, dan di samping membantu Kimberly, sang Kepala Sekolah juga menawarkan untuk membuat Profesor Binns memberinya nilai sempurna dalam Sejarah Sihir bahkan jika dia menyerahkan perkamen kosong untuk pekerjaan rumahnya, walau dia akan tetap harus hadir dalam kelas dan berpura-pura menyerahkan perkamen itu. Sebenarnya Blaise akan mengkhianati ketiga jenderal dengan cuma-cuma, dan tak peduli tentang sepupunya juga, tapi dia lihat kalau tak perlu mengatakan itu.
Si topi lebar hitam miring ke satu sisi, seolah menyatakan suatu tatapan penuh tanda tanya. “Katakan padaku, temanku Blaise, apakah pernah terpikir olehmu bahwa pengkhianat yang berkhianat berulang kali sering bertemu dengan akhir buruk?”
“Tidak,” kata Blaise, melihat tepat ke dalam kabut hitam di bawah topi. “Semua orang tahu bahwa tak ada yang benar-benar buruk pernah terjadi pada para murid di Hogwarts.”
Tn. Topi dan Mantel memberi bisik tawa kecil. “Memang,” kata bisikan itu. “Dengan pembunuhan satu orang murid lima dekade yang lalu jadi pengecualian yang membuktikan aturan itu, karena Salazar Slytherin akan sudah mengunci monsternya ke dalam penjara kuno dalam suatu tingkat yang lebih tinggi daripada sang Kepala Sekolah sendiri.”
Blaise memandang ke arah kabut hitam itu, sekarang mulai merasa sedikit gelisah. Tapi harusnya memerlukan seorang profesor Hogwarts untuk melakukan apa pun yang signifikan padanya tanpa menimbulkan alarm. Quirrell dan Snape adalah satu-satunya profesor yang akan melakukan sesuatu yang seperti ini, dan Quirrell tak akan peduli tentang membodohkan dirinya sendiri, dan Snape tak akan melukai salah satu dari Slytherinnya sendiri тАж akankah dia?
“Tidak, teman Blaise,” bisik si kabut hitam, “aku hanya ingin menasihatimu untuk tak pernah mencoba sesuatu seperti ini dalam kehidupan dewasamu. Sebegitu banyak pengkhianatan akan pasti membawa pada paling tidak satu pembalasan dendam.”
“Ibuku tak pernah memperoleh pembalasan dendam apa pun,” kata Blaise dengan bangga. “Walaupun dia menikahi tujuh suami dan masing-masing dari mereka mati secara misterius dan meninggalkannya banyak uang.”
“Benarkah?” kata bisikan itu. “Tetapi apakah dia meyakinkan yang ketujuh untuk menikahinya setelah dia mendengar apa yang terjadi pada keenam suami sebelumnya?”
“Aku menanyakan Mum itu,” kata Blaise, “dan dia berkata aku tak boleh tahu sampai aku cukup tua, dan aku menanyakan padanya seberapa tuakah cukup tua itu, dan dia berkata, lebih tua darinya.”
Lagi bisik tawa kecil. “Yah kalau begitu, teman Blaise, ucapan selamatku karena telah mengikuti jejak ibumu. Pergi, dan jika kau tak mengatakan satu hal pun tentang ini, kita tak akan bertemu lagi.”
Blaise melangkah menjauh dengan cemas, merasakan suatu keengganan yang aneh untuk memutar punggunggnya.
Topi termiringkan. “Oh, ayolah, Slytherin kecil. Jika kau memang benar-benar setara Harry Potter atau Draco Malfoy, kau pasti sudah menyadari bahwa ancaman-ancaman terisyaratku itu hanya untuk memastikan diammu di depan Albus. Jika aku berniat melukai, aku tak akan mengisyaratkan; jika aku tak mengatakan apa pun, maka kau haruslah cemas.”
Blaise menegakkan diri, merasa sedikit terhina, dan mengangguk pada Tn. Topi dan Mantel; kemudian berbalik dengan tegas dan melangkah pergi menuju pertemuannya dengan sang Kepala Sekolah.
Dia berharap sampai akhir bahwa seseorang lain akan muncul dan memberinya satu kesempatan untuk menjual si Tn. Topi dan Mantel.
Tapi kemudian Mum tak mengkhianati tujuh suami berbeda di saat yang sama. Ketika kau melihatnya dengan cara itu, dia masih melakukan hal yang lebih dibanding Mum.
Dan Blaise Zabini terus berjalan menuju kantor sang Kepala Sekolah, tersenyum, puas setelah menjadi seorang agen quintupleтАУ
Untuk sesaat si bocah tersandung, tapi kemudian menegakkan diri, mengibaskan suatu perasaan disorientasi yang ganjil.
Dan Blaise Zabini terus berjalan menuju kantor sang Kepala Sekolah, tersenyum, puas setelah menjadi seorang agen quadrupleтАУ
*
Kelanjutan: Hermione Granger.
Si pembawa pesan tak mendekatinya sampai dia sendirian.
Hermione baru saja menginggalkan kamar mandi perempuan tempat di mana dia sesekali bersembunyi untuk berpikir, dan satu kucing yang bersinar terang melompat entah dari mana dan berkata, “Nona Granger?”
Dia melepaskan satu pekikan kecil sebelum dia sadar kalau si kucing berkata-kata dalam suara Profesor McGonagall.
Meski demikian dia tak ketakutan, hanya tersentak; kucing itu cerah dan benderang dan indah, bercahaya dengan cahaya perak putih bagai sinar matahari berwarna bulan, dan dia tak bisa membayangkan dirinya jadi takut.
“Kamu ini apa?” kata Hermione.
“Ini adalah satu pesan dari Profesor McGonagall,” kata si kucing, masih dalam suara Profesor. “Bisakah kamu datang ke kantorku, dan tak membicarakan ini dengan siapapun?”
“Aku akan ke sana secepatnya,” kata Hermione, masih terkejut, dan si kucing melompat dan menghilang; hanya saja itu tak menghilang, itu melintas pergi entah bagaimana; atau itu adalah apa yang dikatakan pikirannya, walaupun matanya baru saja melihatnya menghilang.
Di saat Hermione sampai ke kantor dari profesor favoritnya, pikirannya sedang dalam badai spekulasi. Apakah ada yang salah dengan nilai Transfigurasinya? Tapi kemudian kenapa Profesor McGonagall berkata untuk tak mengatakan pada siapapun? Itu mungkin adalah tentang Harry yang berlatih Transfigurasi parsialnya тАж .
Wajah Profesor McGonagall tampak cemas, bukan tegang, saat Hermione mendudukkan dirinya di depan mejaтАУmencoba menjaga matanya dari menjelajah ke kumpulan rak kecil yang berisi pekerjaan rumah Profesor McGonagall, dia selalu bertanya-tanya pekerjaan macam apa yang harus dilakukan para dewasa untuk menjaga sekolah tetap berjalan dan apakah mereka membutuhkan bantuan apa pun darinya тАж .
“Nona Granger,” kata Profesor McGonagall, “biarkan aku mulai dengan mengatakan bahwa aku sudah mengetahui tentang sang Kepala Sekolah yang memintamu untuk membuat permintaan ituтАУ”
“Dia memberitahumu?” sembur Hermione dalam ketersentakkan. Sang Kepala Sekolah sudah berkata bahwa tak seorang pun boleh tahu!