Dilihat dari pandangan pada wajah ayahnya, Dad merasakan paling tidak beberapa dari apa yang Harry rasakan.
“Jangan khawatir, Dad,” kata Harry, “dia memperoleh seluruh material tingkat lanjut yang bisa dia terima, sekarang. Guru-gurunya di Hogwarts tahu kalau dia pintar, tak seperti orangtuanya!”
Suaranya sudah naik pada tiga kata terakhir, dan bahkan saat seluruh wajah berputar untuk menatapnya dan Hermione menendangnya lagi, Harry tahu kalau dia sudah mengacaukannya, tapi itu sudah keterlaluan, benar-benar sangat keterlaluan.
“Tentu saja kami tahu kalau dia pintar,” kata Leo Granger, mulai terlihat tersinggung pada bocah yang memiliki keberanian untuk menaikkan suaranya di meja makan malam mereka.
“Kau tak memiliki sedikit pun gagasan,” kata Harry, es mulai bocor ke dalam suaranya. “Kau pikir dia membaca banyak buku dan itu imut, benar? Kau melihat kartu laporan sempurna dan kau pikir adalah baik kalau dia berhasil di dalam kelas. Putri kalian adalah penyihir paling berbakat dalam generasinya dan adalah bintang paling terang di Hogwarts, dan suatu hari, Dr. dan Dr. Granger, fakta bahwa kalian adalah orangtuanya adalah satu-satunya alasan bahwa sejarah akan mengingat kalian!”
Hermione, yang dengan tenang berdiri dari kursinya dan berjalan mengelilingi meja, memilih momen itu untuk meraih baju Harry tepat di bahunya dan menariknya keluar dari kursinya. Harry membiarkan dirinya ditarik, tapi saat Hermione menyeretnya pergi, dia berkata, menaikkan suaranya bahkan lebih keras, “Adalah sangat mungkin bahwa dalam ribuan tahun, fakta bahwa orangtua Hermione Granger adalah dokter gigi akan jadi satu-satunya alasan ada orang yang mengingat kedokteran gigi!”
*
Roberta menatap ke tempat di mana putrinya baru saja menyeret si Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup keluar dari ruangan dengan pandangan sabar di atas wajah mudanya.
“Aku benar-benar minta maaf,” kata Profesor Verres dengan satu senyuman terhibur. “Tapi tolong jangan khawatir, Harry selalu berbicara seperti itu. Bukankah mereka sudah seperti pasangan suami istri?”
Hal yang menakutkannya adalah bahwa mereka memang.
*
Harry sudah mengharapkan suatu omelan yang cukup keras dari Hermione.
Tapi setelah Hermione menarik diri mereka ke dalam pintu masuk basment dan menutup pintu di belakang mereka, dia berbalikтАУ
тАУdan tersenyum, dengan tulus sejauh yang bisa dikenali Harry.
“Tolong jangan, Harry,” katanya dalam suara lembut. “Walaupun tindakanmu itu sangat baik. Semua baik-baik saja.”
Harry hanya melihat ke arahnya. “Bagaimana kamu bisa tahan menghadapinya?” katanya. Dia harus menjaga suaranya tetap tenang, mereka tak ingin para orangtua mendengar, tapi kemudian itu naik dalam nada jika bukan dalam volume. “Bagaimana kamu bisa tahan menghadapinya?”
Hermione mengangkat bahu, dan berkata, “Karena seperti itulah harusnya orangtua?”
“Tidak,” kata Harry, suaranya rendah dan ketat, “bukan begitu, ayahku tak pernah merendahkankuтАУyah, dia pernah, tapi tak pernah seperti ituтАУ”
Hermione mengangkat satu jari, dan Harry menunggu, melihatnya mencari kata-kata. Membutuhkan sesaat sebelum dia berkata, “Harry тАж Profesor McGonagall dan Profesor Flitwick menyukaiku karena aku adalah penyihir paling berbakat di dalam generasiku dan bintang paling terang di Hogwarts. Dan Mum dan Dad tak tahu itu, dan kamu tak akan pernah bisa memberi tahu mereka, tapi mereka tetap menyayangiku juga. Yang artinya semuanya tepat seperti yang seharusnya terjadi, di Hogwarts dan di rumah. Dan karena mereka adalah orangtuaku, Tn. Potter, kau tak boleh berdebat.” Dia sekali lagi mengenakan senyuman misteriusnya dari waktu makan malam, dan melihat Harry dengan lembut. “Apakah sudah jelas, Tn. Potter?”
Harry mengangguk dengan ketat.
“Bagus,” kata Hermione, yang mencondongkan diri dan menciumnya di pipi.
*
Percakapannya baru saja dimulai sekali lagi ketika suatu suara mendengking bernada tinggi terlempar kembali ke arah mereka,
“Hey! Tak boleh mencium!”
Kedua ayah meledak dalam tawa tepat saat kedua ibu bangkit dari kursi-kursi mereka dengan pandangan ngeri identik dan bergegas menuju basement.
Ketika kedua anak itu dibawa kembali, Hermione berkata dalam nada dingin bahwa dia tak akan pernah mencoba mencium Harry lagi selamanya, dan Harry berkata dalam suara penuh amarah bahwa Matahari akan terbakar habis sampai jadi abu dingin sebelum dia membiarkannya ada cukup dekat untuk mencoba.
Yang artinya semuanya tepat seperti yang seharusnya terjadi, dan mereka semua duduk lagi untuk menyelesaikan makan malam Natal mereka.
Chapter 37: Jeda: Melewati Batas
Saat itu nyaris tengah malam.
Terjaga sampai larut itu cukup sederhana untuk Harry. Dia hanya perlu tak memakai Time-Turner. Harry mengikuti suatu tradisi mengatur siklus tidurnya untuk memastikan dia terjaga ketika Malam Natal berubah menjadi Hari Natal; karena sementara dia tak pernah cukup muda untuk mempercayai adanya Santa Claus, dia pernah cukup muda untuk memiliki keraguan.
Akan jadi sesuatu yang menyenangkan jika memang ada suatu sosok misterius yang memasuki rumahmu di malam hari dan membawakanmu hadiah тАж .
Dingin menjalar melewati tulang punggung Harry seketika itu.
Suatu sinyal dari sesuatu yang mengerikan mendekat.
Suatu teror yang merayap.
Suatu sensasi kebinasaan.
Harry duduk tegak di ranjang.
Dia melihat ke arah jendela.
“Profesor Quirrell?” Harry mendecit sangat perlahan.
Profesor Quirrell sedikit membuat gerakan mengangkat, dan jendela Harry sepertinya terlipat ke dalam kerangkanya. Seketika angin beku musim dingin menghembus ke dalam kamar melalui celah itu, bersama beberapa serpihan salju dari langit yang berbercak malam kelabu, di tengah kehitaman dan bintang-bintang.
“Jangan takut, Tn. Potter,” kata si Profesor Pertahanan dalam suara normal. “Aku sudah Memantrai orangtuamu nyenyak; mereka tak akan terbangun sampai aku pergi.”
“Tak ada yang boleh tahu di mana aku!” kata Harry, masih menjaga decitannya pelan. “Bahkan burung hantu harusnya mengirimkan suratku ke Hogwarts, bukan ke tempat ini!” Harry sudah menyetujui hal itu dengan sukarela; akan menggelikan jika seorang Pelahap Maut bisa memenangkan seluruh perang kapan pun hanya dengan mengirim burung hantu padanya yang mengantarkan granat tangan yang terpicu secara sihir.
Profesor Quirrell menyeringai, dari tempatnya berdiri di halaman belakang di luar jendela. “Oh, aku tak akan cemas, Tn. Potter. Kau jelas terlindungi dengan baik melawan Mantra pencari, dan tak ada penganut darah murni yang sepertinya berpikir untuk berkonsultasi dengan buku telepon.” Seringainya bertambah lebar. “Dan memang membutuhkan usaha yang cukup besar untuk melewati penghalang yang Kepala Sekolah tempatkan di sekeliling rumah iniтАУwalau tentu saja siapa pun yang mengetahui alamatmu bisa langsung menunggu di luar dan menyerangmu kali berikutnya kau pergi.”
Harry menatap ke arah Profesor Quirrell sesaat. “Apa yang kau lakukan di sini?” kata Harry akhirnya.
Senyum itu meninggalkan wajah Profesor Quirrell. “Aku datang untuk meminta maaf, Tn. Potter,” kata sang Profesor Pertahanan dengan pelan. “Aku harusnya tak berbicara padamu sebegitu kasarnya saat akuтАУ”
“Jangan,” kata Harry. Dia melihat ke bawah ke selimut yang dia genggam di sekeliling piyamanya. “Sungguh jangan.”
“Apakah aku menyinggungmu sebegitu banyak?” kata suara sunyi Profesor Quirrell.
“Tidak,” kata Harry. “Tapi kamu akan jika kamu meminta maaf.”
“Aku mengerti,” kata Profesor Quirrell, dan dalam seketika suaranya bertambah ketat. “Kalau begitu jika aku akan menganggapmu setara, Tn. Potter, aku harus berkata bahwa kau sudah dengan amat sangat melanggar etiket yang ada di antara Slytherin yang bersahabat. Jika kamu tidak sedang memainkan permainan melawan seseorang, kamu harus tak mencampuri rencana-rencana mereka seperti itu, tidak tanpa bertanya pada mereka sebelumnya. Karena kau tak tahu seperti apa rancangan sejati mereka, atau apa taruhannya jika mereka kalah. Itu akan menandaimu sebagai musuh mereka, Tn. Potter.”