“Ya, dan demikian juga denganmu,” kata Harry. “Aku ingin hidup satu hari lagi. Besok aku masih tetap ingin hidup sehari lagi. Dengan demikian aku ingin hidup selamanya, bukti dengan induksi pada bilangan bulat positif. Jika kamu tak ingin mati, itu artinya kamu ingin hidup selamanya. Jika kamu tak ingin hidup selamanya, itu artinya kamu ingin mati. Kamu harus melakukan salah satu atau yang lain тАж aku tak membuatmu cukup paham, bukan begitu.”
Kedua kultur saling memandang satu sama lain menyeberangi suatu jurang ketaksebandingan yang sangat luas.
“Aku sudah hidup selama seratus dan sepuluh tahun,” kata si penyihir tua dengan perlahan (mengambil jenggotnya keluar dari mangkuk, dan menggoyangkannya untuk mengguncangkan warnanya). “Aku sudah melihat dan melakukan banyak hal, terlalu banyak yang mana aku harap aku tak pernah lihat atau lakukan. Dan tetap aku tak menyesal masih hidup, karena menyaksikan para muridku tumbuh adalah kegembiraan yang masih belum mulai memudar bagiku. Tapi aku tidak berharap untuk hidup cukup lama sampai saat itu tiba! Apa yang akan kau lakukan dengan keabadian, Harry?”
Harry mengambil napas dalam-dalam. “Bertemu dengan seluruh orang-orang yang menarik di dunia, membaca seluruh buku-buku bagus dan kemudian menulis sesuatu yang lebih baik lagi, merayakan pesta ulang tahun kesepuluh cucu pertamaku di Bulan, merayakan pesta ulang tahun keseratus cucu dari cucu pertamaku di Cincin Saturnus, mempelajari aturan Alam terdalam dan terakhir, memahami sifat dari kesadaran, mencari tahu kenapa sesuatu itu ada pada awalnya, mengunjungi bintang-bintang lain, menemukan alien, menciptakan alien, bertemu kembali dengan semua orang untuk suatu pesta di sisi lain Bima Sakti begitu kita sudah menjelajahi semuanya, bertemu dengan semua orang yang lain yang lahir di Bumi Lama untuk melihat Matahari akhirnya padam, dan aku dulu pernah khawatir tentang menemukan suatu cara untuk melarikan diri dari alam semesta ini sebelum dia kehabisan negentropy tapi aku jauh lebih memiliki harapan sekarang saat aku menemukan bahwa hal-hal yang disebut dengan hukum fisika itu hanyalah pedoman opsional.”
“Aku tak begitu memahami hal-hal tadi,” kata Dumbledore. “Tapi aku harus bertanya apakah semua ini adalah hal-hal yang sungguh benar-benar kamu inginkan, atau jika kamu hanya membayangkan mereka untuk membayangkan dirimu tak lelah, selagi kamu berlari dan berlari dari kematian.”
“Kehidupan bukanlah daftar hal-hal terbatas yang kamu coret satu persatu sebelum kamu diizinkan untuk mati,” kata Harry dengan tegas. “Itulah kehidupan, kamu hanya terus menjalaninya. Jika aku tidak melakukan hal-hal tadi itu karena aku sudah menemukan hal yang lebih baik.”
Dumbledore menghela napas. Jari-jarinya mengetuk pada satu jam; saat mereka menyentuhnya, angka-angkanya berubah menjadi suatu tulisan tak terpahami, dan jarumnya sesaat muncul di posisi berbeda. “Dalam suatu kemungkinan kecil di mana aku diizinkan untuk tinggal sampai seratus dan lima puluh,” kata si penyihir tua, “aku tak berpikir akan keberatan. Tapi dua ratus tahun akan sepenuhnya terlalu banyak hal baik.”
“Ya, memang,” kata Harry, suaranya sedikit kering saat dia memikirkan Mum dan Dadnya dan jangka waktu yang diberikan bagi mereka jika Harry tak melakukan sesuatu atasnya, “aku curiga, Kepala Sekolah, bahwa jika kamu datang dari suatu kebudayaan di mana orang-orang biasanya hidup sampai empat ratus tahun, bahwa mati di usia dua ratus akan terasa tragis terlalu dini sama seperti mati di usia, sebut saja, delapan puluh.” Suara Harry membatu, di kata terakhir itu.
“Mungkin,” kata si penyihir tua penuh damai. “Aku tak berharap untuk mati sebelum para temanku, atau terus hidup setelah mereka semua tiada. Waktu tersulit adalah ketika mereka yang paling kamu cintai pergi sebelum dirimu, dan masih yang lain tetap hidup, demi siapa kamu harus tetap tinggal тАж .” Mata Dumbledore terpaku pada Harry, dan bertambah sedih. “Jangan meratapiku terlalu dalam, Harry, ketika waktuku tiba; aku akan bersama mereka yang sudah sangat kurindukan, pada petualangan besar kami selanjutnya.”
“Oh!” kata Harry dalam kesadaran seketika. “Kau mempercayai adanya alam baka. Aku memperoleh suatu kesan kalau para penyihir tak memiliki agama?”
*
Toot. Beep. Thud.
“Bagaimana bisa kamu tak mempercayainya?” kata si Kepala Sekolah, terlihat benar-benar ternganga keheranan. “Harry, kamu seorang penyihir! Kamu sudah melihat hantu!”
“Hantu,” kata Harry, suaranya datar. “Maksudmu hal-hal yang seperti lukisan itu, ingatan dan perilaku yang tersimpan tanpa kesadaran atau kehidupan, tanpa sengaja meninggalkan jejak kepada material sekitar oleh semburan sihir yang menemani kematian brutal seorang penyihirтАУ”
“Aku pernah dengar teori itu,” kata si Kepala Sekolah, suaranya bertambah tajam, “diulang oleh para penyihir yang salah mengartikan sinisme dengan kebijaksanaan, yang berpikir bahwa untuk merendahkan yang lain adalah untuk meninggikan mereka sendiri. Itu adalah salah satu pemikiran terbodoh yang pernah kudengar dalam seratus dan sepuluh tahun! Ya, hantu tak bisa belajar atau tumbuh, karena ini bukanlah tempat mereka! Jiwa-jiwa memang seharusnya terus berjalan, tak ada kehidupan tersisa untuk mereka di tempat ini! Dan jika bukan hantu, maka bagaimana dengan Veil? Bagaimana dengan Batu Kebangkitan?”
“Baiklah,” kata Harry, mencoba menjaga suaranya tetap tenang, “aku akan mendengarkan buktimu, karena itulah yang dilakukan seorang ilmuwan. Tapi yang pertama, biarkan aku menceritakanmu satu kisah.” suara Harry bergetar. “Kau tahu, ketika aku sampai di tempat ini, ketika aku turun dari kereta yang berangkat dari King’s Cross, maksudku bukan kemarin tapi dulu di bulan September, ketika aku turun dari kereta waktu itu, Kepala Sekolah, aku tak pernah melihat hantu. Aku tidak mengharapkan adanya hantu. Jadi ketika aku melihat mereka, Kepala Sekolah, aku melakukan sesuatu yang benar-benar bodoh. Aku langsung membuat kesimpulan. Aku, aku pikir memang ada akhirat, aku pikir tak seorang pun yang benar-benar meninggal, aku pikir bahwa semua orang yang seluruh spesies manusia merasakan kehilangan atasnya memang benar baik-baik saja bagaimanapun juga, aku pikir bahwa para penyihir bisa berbicara pada mereka yang sudah melintas, bahwa hanya memerlukan mantra yang benar untuk memanggil mereka, bahwa para penyihir bisa melakukan itu, aku pikir aku bisa bertemu dengan orangtuaku yang mati untukku, dan memberi tahu mereka bahwa aku sudah mendengar tentang pengorbanan mereka dan bahwa aku mulai memanggil mereka ibu dan ayahkuтАУ”
“Harry,” bisik Dumbledore. Air berkilau di mata si penyihir tua. Dia mengambil satu langkah mendekat melewati kantorтАУ
“Dan kemudian,” Harry meludah, amarah datang dengan penuh ke dalam suaranya, kemurkaan dingin pada alam semesta karena berlaku seperti itu dan pada dirinya sendiri karena jadi sebegitu bodoh, “aku bertanya pada Hermione dan dia berkata kalau mereka hanyalah afterimage, terbakar ke dalam batu kastil oleh kematian seorang penyihir, seperti suatu siluet yang tertinggal di dinding-dinding Hiroshima. Dan aku harusnya tahu! Aku harusnya sudah tahu bahkan tanpa perlu bertanya! Aku harusnya tak mempercayainya bahkan untuk tiga puluh detik penuh! Karena jika orang-orang memiliki jiwa maka tak akan ada yang namanya kerusakan otak, jika jiwamu bisa terus berbicara setelah seluruh otakmu menghilang, bagaimana bisa kerusakan di cerebral kiri mengambil seluruh kemampuanmu untuk berbicara? Dan Profesor McGonagall, ketika dia memberitahuku tentang bagaimana orangtuaku meninggal, dia tak bertindak seolah mereka hanya pergi dalam perjalanan panjang ke negara lain, seolah mereka beremigrasi ke Australia di hari-hari pelayaran masa lalu, yang adalah tindakan yang orang akan lakukan jika mereka benar-benar tahu kalau kematian hanyalah pergi ke suatu tempat lain, jika mereka memiliki suatu bukti nyata dari adanya alam baka, bukannya hanya mengarang hal-hal untuk menenangkan diri mereka, itu akan merubah segalanya, akan tak penting bila semua orang kehilangan seseorang dalam perang, itu akan terasa sedikit menyedihkan tapi tidak mengerikan! Dan aku sudah melihat bahwa orang-orang di dunia sihir tidak berlaku seperti itu! Jadi aku harusnya tahu lebih baik! Dan itulah ketika aku tahu kalau orangtuaku memang benar-benar mati dan menghilang selama-lamanya, bahwa tak ada yang tersisa dari mereka, bahwa aku tak akan memiliki kesempatan untuk bertemu dengan mereka dan, dan, dan anak-anak lain mengira kalau aku ketakutan melihat hantuтАУ”