“Ya,” kata Harry. “Aku mengerti itu. Sihir itu berbahaya dan aturan ada untuk alasan yang baik. Beberapa hal tertentu juga berbahaya. Aku mengerti itu juga. Ingat bahwa aku tidak bodoh.”
“Aku sepertinya tidak akan pernah melupakannya. Terima kasih, Harry, itu benar-benar membuatku merasa lebih baik untuk mempercayakan hal-hal tertentu padamu. Selamat tinggal untuk sekarang.”
Harry berputar akan pergi, masuk ke Leaky Cauldron dan keluar menuju dunia Muggle.
Sewaktu tangannya menyentuh pegangan pintu belakang, dia mendengar bisikan terakhir dari belakangnya.
“Hermione Granger.”
“Apa?” Kata Harry, tangannya masih memegang pintu.
“Carilah anak gadis tahun pertama bernama Hermione Granger dalam kereta menuju Hogwarts.”
“Siapa dia?”
Tidak ada jawaban, dan ketika Harry berbalik, Profesor McGonagall sudah hilang.
*
Kelanjutan:
Kepala Sekolah Albus Dumbledore mencondongkan badannya di balik meja. Mata binarnya menatap Minerva. “Jadi, sayangku, bagaimana pendapatmu tentang Harry?”
Minerva membuka mulutnya. Lalu dia menutupnya. Kemudian dia membukanya lagi. Tak ada kata yang keluar.
“Aku mengerti,” Albus berkata dengan muram. “Terima kasih atas laporanmu, Minerva. Kamu boleh pergi.”
Chapter 7: Tindakan Balasan
Whoa. Juru bicara untuk agen literer Rowling mengatakan bahwa Rowling tidak mempermasalahkan tentang adanya fanfiction selama tidak ada yang menarik biaya atasnya dan semua orang paham kalau hak cipta asli adalah miliknya? Dia benar-benar keren. Jadi terima kasih, JKR, dan kerajaan adalah milik anda!
*
Aku merasa perlu untuk menyangkal bahwa beberapa bagian dari bab ini bukan dimaksudkan sebagai “bashing”. Bukannya aku punya dendam, ceritanya cuma menulis dirinya sendiri dan begitu kamu mulai menjatuhkan paron pada satu karakter sangatlah sukar untuk berhenti.
Beberapa reviewer sudah bertanya apakah sains di cerita ini nyata atau buatan. Ya, itu sains nyata, dan kalau kamu melihat profileku ( u/2269863/Less-Wrong), kamu akan melihat link ke situs nonfiksi yang akan mengajarimu semua yang Harry James Potter-Evans-Verres tahu dan beberapa lagi.
Terima kasih banyak pada semua reviewerku. (Terutama Darkandus on Viridian Dreams, untuk komentar yang tak disangka inspiratif “Paru-paru dan teh tidak dimaksudkan untuk berinteraksi”.
*
“Ayahmu hampir sekeren ayahku.”
*
Bibir Petunia Evans-Verres bergetar dan matanya berkaca-kaca saat Harry memeluk perutnya di Peron Sembilan di Stasiun King’s Cross. “Apakah kamu yakin kamu tak ingin aku ikut denganmu, Harry?”
Harry memandang pada ayahnya Michael Verres-Evans, yang terlihat tipikal keras-tetapi-bangga, dan kemudian kembali pada ibunya lagi, yang benar-benar terlihat sedikit тАж tak tenang. “Mum, aku tahu kamu tak begitu menyukai dunia sihir. Kamu tak harus ikut denganku. Aku serius.”
Petunia mengernyit. “Harry kau tak perlu khawatir tentang aku, aku ibumu dan kalau kamu membutuhkan seseorang di sampingmuтФА”
“Mum, aku akan sendirian di Hogwarts selama berbulan-bulan. Kalau aku tak mampu menghadapi satu kereta sendirian, lebih baik mengetahuinya lebih cepat daripada terlambat supaya kita sempat membatalkan.” Dia menurunkan suaranya menjadi bisikan. “Lagipula, Mum, mereka semua mencintaiku disini. Kalau aku dapat masalah, yang perlu kulakukan cuma melepas sweatband-ku,” Harry memakai sweatband untuk menutupi lukanya, “dan aku akan mendapat jauh lebih banyak bantuan dari yang aku bisa tangani.”
“Oh, Harry.” Petunia berbisik. Dia berlutut dan memeluknya erat, wajah dengan wajah, pipi mereka saling bersandar satu sama lain. Harry bisa merasakan ibunya bernapas tak teratur, dan dia mendengar tangis tertahan lepas. “Oh, Harry, aku mencintaimu, selalu ingat itu.”
Ini bagaikan dia takut tak akan melihatku lagi, gagasan itu muncul di kepala Harry. Dia sadar pikiran itu benar tapi dia tak tahu kenapa Mum sebegitu takut.
Jadi dia membuat tebakan. “Mum, kau tahu kalau aku tak akan jadi seperti saudarimu hanya karena aku belajar sihir, kan? Aku akan melakukan sihir apapun yang kamu mintaтФАkalau aku mampu, maksudkuтФАatau kalau kamu ingin aku tak menggunakan sihir di rumah, aku akan lakukan itu juga, aku janji sihir tak akan memisahkan kitaтФА”
Pelukan erat menghentikan kata-katanya. “Kamu memiliki hati yang baik,” ibunya berbisik di telinganya. “Hati yang sangat baik, anakku.”
Harry sedikit tercekat sendiri, tadi.
Ibunya melepaskannya, dan berdiri. Dia mengambil sapu tangan dari tas tangannya, dan dengan tangan gemetar, menyeka riasan yang berlarian di sekitar matanya.
Tidak ada pertanyaan tentang apakah ayahnya akan menemaninya ke sisi magis dari Stasiun King’s Cross. Dad sudah kesulitan untuk bahkan memandang koper Harry secara langsung. Sihir mengalir deras dalam keluarga, dan Michael Verres-Evans punya saja tidak.
Jadi ayahnya hanya berdeham. “Semoga sukses di sekolah, Harry,” katanya. “Apakah menurutmu aku sudah membelikanmu cukup buku?”
Harry sudah menjelaskan pada ayahnya tentang bagaimana dia pikir ini mungkin adalah kesempatan besar untuk melakukan sesuatu yang benar-benar revolusioner dan penting, dan Profesor Verres-Evans sudah mengiyakan dan membuang jadwalnya yang sangat padat untuk dua hari penuh demi melaksanakan Pencarian Terbesar Toko Buku Bekas, yang mencakup empat kota dan menghasilkan tiga puluh kotak buku-buku sains yang sekarang mendiami lubang besar dalam koper Harry. Kebanyakan buku hanya berharga satu atau dua pound, tapi beberapa dari mereka jelas tidak, seperti Handbook of Chemistry and Physics yang paling baru atau set lengkap Encyclopaedia Britannica edisi tahun 1972. Ayahnya sudah berusaha menghalangi Harry dari melihat harganya tapi Harry mengestimasi bahwa ayahnya pasti sudah menghabiskan paling tidak seribu pound. Harry sudah mengatakan pada ayahnya kalau dia akan mengembalikannya begitu dia bisa menemukan cara untuk menukar emas dunia sihir ke dalam uang Muggle, dan ayahnya mengatakan padanya untuk masuk danau saja.
Dan kemudian ayahnya bertanya padanya: Apakah menurutmu aku membelikanmu cukup buku? Sudah jelas jawaban apa yang Dad ingin dengar.
Tenggorokan Harry terasa kering, entah kenapa. “Kamu tak akan pernah punya cukup buku,” dia mengucapkan motto keluarga Verres, dan ayahnya berlutut dan memberinya pelukan singkat, erat. “Tapi kamu jelas berusaha,” kata Harry, dan merasakan dirinya tercekat sekali lagi. “Itu adalah usaha yang sangat, sangat, sangat bagus.”
Ayahnya berdiri. “Jadi тАж .” katanya. “Apa kamu melihat ada Peron Sembilan Tiga Perempat?”
Stasiun King’s Cross sangat besar dan sibuk, dengan dinding dan lantai dilapisi ubin biasa bernoda kotoran. Tempat itu penuh dengan orang biasa terburu-buru dalam aktivitas biasa, membicarakan hal-hal biasa yang menghasilkan suara-suara biasa. Stasiun King’s Cross memiliki Peron Sembilan (tempat di mana mereka berdiri) dan Peron Sepuluh (tepat di samping) tapi tidak ada apapun antara Peron Sembilan dan Peron Sepuluh kecuali dinding pemisah tipis, dan tak menjanjikan. Atap kaca di atas menyediakan banyak cahaya untuk menyinari ketidakadaan Peron Sembilan Tiga Perempat apapun.
Harry menatap sampai matanya berair, berpikir, ayolah, penglihatan-sihir, ayolah, penglihatan-sihir, tapi tak ada apapun yang muncul di depannya. Dia mempertimbangkan mengeluarkan tongkat sihir dan melambaikannya, tapi Profesor McGonagall sudah memperingatkan untuk jangan menggunakan tongkat sihirnya. Tambah lagi kalau nanti ada semburan kilau multiwarna bisa jadi akan berujung pada penangkapan karena menyalakan kembang api dalam stasiun kereta. Dan itupun dengan asumsi tongkatnya tak memutuskan untuk melakukan hal lain, seperti meledakkan seluruh King’s Cross misalnya. Harry hanya sedikit membaca sepintas lalu buku-buku sekolahnya (walau bacaan sepintas lalu itu sudah cukup ganjil) dalam upaya cepat untuk menentukan buku sains macam apa yang harus dia beli dalam 48 jam berikutnya.