Itu bisa jadi adalah suatu kesalahan. Ada banyak udara di bawahnya, tak satu hal pun kecuali udara, mereka ada di ujung atap yang menjorok ke luar dari dinding batu utama Hogwarts.
“Dia akan datang menyelamatkanku,” bisik si gadis, “tapi pertama-tama dia akan melemparkan Luminos pada kita berdua, tak mungkin dia tidak. Kau harus melepaskanku.”
Itu harusnya adalah hal termudah di dunia.
Dia hanyalah seorang darah lumpur, hanya seorang darah lumpur, hanya seorang darah lumpur!
Dia bahkan tak akan terluka!
тАж otak Draco tak mendengarkan pada apa pun yang Draco coba katakan padanya saat ini.
“Lakukan,” bisik Hermione Granger, matanya membara tanpa satu pun jejak ketakutan, “lakukan, Draco, lakukan, kau bisa mengalahkannya sendiri kita harus menang Draco!”
Ada suatu suara dari seseorang berlari dan itu datang mendekat.
Oh, bersikaplah rasional …
Suara di kepala Draco terdengar teramat mirip dengan pelajaran Harry Potter.
тАж apakah kamu akan membiarkan otakmu menjalankan kehidupanmu?
*
Kelanjutan, 1:
Membutuhkan sedikit usaha untuk Daphne Greengrass supaya menjaga dirinya tetap diam, saat Millicent Bulstrode mengisahkan ulang cerita itu dalam ruang rekreasi gadis Slytherin (suatu tempat keren nyaman di dalam dungeon yang berada di bawah Danau Hogwarts, dengan ikan berenang melewati tiap jendela, dan sofa-sofa yang bisa jadi tempatmu berbaring jika kamu mau). Sebagian besar karena, dalam pendapat Daphne, itu adalah suatu cerita yang benar-benar bagus tanpa seluruh penyempurnaan Millicent.
“Dan kemudian apa?” kesiap Flora dan Hestia Carrow.
“Jenderal Granger melihat kepadanya,” kata Millicent dengan dramatis, “dan katanya, ‘Draco! Kamu harus melepaskanku! Jangan khawatir atas keadaanku, Draco, aku janji aku akan baik-baik saja! Dan apa menurutmu yang Malfoy lakukan waktu itu?”
“Dia berkata ‘Tak akan!’,” sahut Charlotte Wiland, “dan menggenggam bahkan lebih ketat!”
Seluruh gadis yang mendengarkan kecuali Pansy Parkinson mengangguk.
“Tidak!” kata Millicent. “Dia menjatuhkannya. Dan kemudian dia melompat dan menembak Jenderal Potter. Tamat.”
Ada jeda tertegun.
“Kau tak bisa melakukan itu!” kata Charlotte.
“Dia seorang darah lumpur,” kata Pansy, terdengar bingung. “Tentu saja dia melepaskannya!”
“Yah, Malfoy harusnya tak meraihnya pada awalnya, kalau begitu!” kata Charlotte. “Tapi begitu dia meraihnya, dia harus terus berpegang! Khususnya di hadapan suatu kebinasaan yang mendekat!” Tracey Davis, duduk di sebelah Daphne, mengangguk bersama dalam kesepakatan teguh.
“Aku tak melihat kenapa harus begitu,” kata Pansy.
“Itu karena kau tak memiliki secuil pun keromantisan di dalam dirimu,” kata Tracey. “Lagipula, kamu tak bisa begitu saja menjatuhkan gadis-gadis. Seorang bocah yang menjatuhkan seorang gadis seperti itu тАж dia akan menjatuhkan siapapun. Dia akan menjatuhkanmu, Pansy.”
“Apa maksudmu, menjatuhkanku?” kata Pansy.
Daphne tak bisa menahan lagi. “Kamu tahu,” kata Daphne dengan gelap, “kamu menikmati sarapan satu hari di meja kita, dan hal berikutnya yang kamu tahu, Malfoy melepaskanmu, dan kamu terjatuh dari atas Hogwarts! Itulah apa!”
“Yeah!” kata Charlotte. “Dia adalah seorang penjatuh penyihir!”
“Kalian tahu kenapa Atlantis jatuh?” kata Tracey. “Karena seseorang seperti Malfoy menjatuhkannya, itulah kenapa!”
Daphne menurunkan suaranya. “Bahkan тАж bagaimana jika Malfoylah orang yang membuat Hermione, maksudku Jenderal Granger, terpeleset pada awalnya? Bagaimana jika dia berusaha untuk membuat seluruh Muggleborn terpeleset dan terjatuh?”
“MaksudmuтАУ?” Tracey terkesiap.
“Benar!” kata Daphne dengan dramatis. “Bagaimana jika Malfoy adalahтАУ sang pewaris Slipperin?”
“Pangeran Kejatuhan berikutnya!” kata Tracey.
Yang adalah jauh terlalu bagus sebagai suatu kalimat untuk siapapun simpan bagi dirinya sendiri, sehingga di malam hari kalimat itu tersebar ke seluruh Hogwarts, dan di keesokan hari itu adalah judul utama Quibbler.
*
Kelanjutan, 2:
Hermione memastikan dia sampai ke ruang kelas langganan mereka dengan baik dan awal sore itu, hanya supaya dia akan sendirian, dalam kursi, dengan damai membaca sebuah buku, ketika Harry sampai di sana.
Jika ada cara apa pun untuk sebuah pintu berdecit penuh penyesalan, itulah cara pintu itu berdecit terbuka.
“Um,” kata suara Harry Potter.
Hermione terus membaca.
“Aku, um, minta maaf, aku tak memiliki niat supaya kamu benar-benar terjatuh dari atap atau apa тАж .”
Itu adalah suatu pengalaman yang menghibur, sebenarnya.
“Aku, ah тАж aku tak memiliki banyak pengalaman dalam meminta maaf, aku akan berlutut jika itu yang kamu mau, atau membelikanmu sesuatu yang mahal, Hermione aku tak tahu bagaimana caranya meminta maaf padamu untuk ini apa yang bisa kulakukan beri tahu aku?”
Dia terus membaca buku itu dalam diam.
Bukan seperti dia punya gagasan sedikit pun atas bagaimana Harry bisa meminta maaf, juga.
Saat ini dia yang merasa suatu penasaran aneh atas apa yang akan terjadi jika dia terus membaca bukunya untuk beberapa saat.
*Chapter 42*: Keberanian
“Romantis?” kata Hermione. “Mereka berdua itu laki-laki!”
“Wow,” kata Daphne, terdengar sedikit terkejut. “Maksudmu Muggle memang benar-benar membenci hal semacam itu? Aku kira itu hanya sesuatu yang para Pelahap Maut karang.”
“Tidak,” kata seorang gadis Slytherin yang Hermione tak kenali, “itu benar, mereka harus menikah diam-diam, dan jika mereka sampai ketahuan, mereka akan dibakar di tiang pancang bersama. Dan jika kamu adalah seorang gadis yang berpikir kalau itu romantis, mereka akan membakarmu juga.”
“Itu tak mungkin benar!” protes seorang gadis Gryffindor, selagi Hermione masih mencoba menata apa yang akan dikatakan pada hal itu. “Tak akan ada gadis Muggle yang tersisa!”
Dia terus membaca dengan diam, dan Harry Potter terus mencoba untuk meminta maaf, dan tak lama mulai terpikir oleh Hermione bahwa Harry sudah menyadari, mungkin untuk pertama kali dalam hidupnya, bahwa dia sudah melakukan sesuatu yang menyebalkan; dan bahwa Harry, jelas untuk pertama kali dalam hidupnya, ketakutan bahwa dia sudah kehilangan Hermione sebagai seorang teman; dan Hermione mulai merasa (a) bersalah dan (b) cemas tentang arah dari tawaran Harry yang makin putus asa. Tapi dia masih tak memiliki satu pun gagasan tentang permintaan maaf macam apa yang layak, sehingga dia berkata bahwa para gadis Ravenclaw akan mengambil suara atasnyaтАУdan kali ini dia tidak akan menentukan hasilnya, walau dia tidak menyebutkan bagian ituтАУyang atasnya Harry seketika menyetujui.
Pada hari berikutnya, nyaris setiap gadis Ravenclaw di atas umur tiga belas memilih untuk membuat Draco menjatuhkan Harry.
Hermione merasa sedikit kecewa bahwa berakhir sesederhana itu, walau itu jelas sesuatu yang adil.
Saat ini, bagaimanapun juga, berdiri di luar pintu-pintu besar kastil di tengah setengah populasi wanita di Hogwarts, Hermione mulai mencurigai bahwa ada hal-hal yang terjadi di sini yang dia tak pahami dan yang dia sangat-sangat harap tak satu pun sesama jenderalnya pernah dengar tentangnya.
*
Kamu tak benar-benar bisa melihat detailnya dari atas, hanya fakta umum bahwa lautan wajah-wajah wanita yang berharap.
“Kau tak memiliki sedikit pun gagasan tentang apa semua ini, benar?” kata Draco, terdengar terhibur.
Harry sudah membaca cukup jumlah buku yang dia harusnya tak baca, tak perlu disebut beberapa judul utama Quibbler.
“Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup membuat Draco Malfoy hamil?” kata Harry.
“Oke, kamu memang tahu tentang apa semua ini,” kata Draco. “Aku kira Muggle membenci itu?”
“Hanya mereka yang bodoh,” kata Harry. “Tapi, um, bukankah kita, uh, sedikit muda?”
“Tidak terlalu muda untuk mereka,” kata Draco. Dia mendengus. “Gadis-gadis!”