Выбрать главу

Pada akhirnya ternyata hanya Dean Thomas dan Ron Weasley dari Gryffindor yang tersisa yang masih bersedia untuk pergi ke dekat si Dementor, yang menyederhanakan perdebatannya.

Harry melihat ke arah si Dementor. Kata itu menggema di dalam pikirannya lagi.

Baiklah, pikir Harry pada dirinya sendiri, jika Dementor adalah sebuah teka-teki, apa jawabannya?

Dan hanya seperti itu, semua jadi jelas.

Harry melihat ke arah kurungan bernoda, sedikit berkarat.

Dia melihat apa yang ada di bawah, selubung tinggi, compang camping itu.

Itulah dia, kalau begitu.

Profesor McGonagall datang dan berbicara pada Harry. Dia belum melihat yang terburuk dari semua ini, jadi hanya sedikit kilauan air di matanya. Harry memberitahunya bahwa dia perlu berbicara padanya setelah ini dan menanyakan satu pertanyaan yang dia tunda untuk beberapa saat, tapi itu tak perlu terjadi sekarang, jika dia sedang sibuk. Ada suatu pandangan tertentu tentangnya yang menyebutkan kalau dia baru saja ditarik dari sesuatu yang penting; dan Harry mengungkapkan hal ini padanya, dan berkata bahwa dia sungguh-sungguh tak perlu merasa bersalah untuk pergi. Ini membuat Harry mendapatkan sesuatu sejenis pandangan tajam, tapi kemudian pergilah dia, dengan tergesa, meninggalkan sebuah janji bahwa mereka akan berbicara setelahnya.

Dean Thomas melemparkan beruang putihnya lagi, bahkan di hadapan Dementor; dan Ron Weasley menempatkan perisai kabut berkilau yang cukup. Yang menyelesaikan hari itu, sejauh yang semua orang pedulikan, dan Profesor Flitwick mulai menggiring para murid kembali ke Hogwarts. Ketika sudah jelas bahwa Harry bermaksud untuk tetap tinggal, Profesor Flitwick melihat padanya penuh tanda tanya; dan Harry, pada bagiannya, melihat penuh arti pada Dumbledore. Harry tak tahu apa yang diartikan oleh Profesor Flitwick atas hal itu, tapi setelah tatapan peringatan tajam, Kepala Asramanya pergi.

Dan demikian tinggallah hanya Harry, Profesor Quirrell, Kepala Sekolah Dumbledore, dan trio Auror.

Akan lebih baik untuk menyingkirkan si trio lebih dulu, tapi Harry tak bisa memikirkan cara yang bagus untuk melakukan itu.

“Baiklah,” kata Auror Komodo, “mari kita bawa kembali.”

“Permisi,” kata Harry. “Aku ingin memperoleh satu giliran lagi dengan Dementor itu.”

*

Permintaan Harry disambut dengan sejumlah perlawanan dalam jenis kau benar-benar gila, walau hanya Auror Butnaru yang benar-benar mengatakan itu keras-keras.

“Fawkes menyuruhku,” kata Harry.

Ini tak sepenuhnya mengatasi seluruh perlawanan itu, meski pandangan keterkejutan yang dihasilkan pada wajah Dumbledore. Perdebatannya berlanjut, dan itu mulai melunturkan ujung kedamaian si phoenix yang masih tersisa, yang membuat Harry jengkel, walau hanya sedikit.

“Lihat,” kata Harry, “aku cukup yakin aku tahu apa yang menjadi kesalahanku sebelumnya. Ada jenis orang yang harus memakai jenis pikiran hangat dan bahagia yang berbeda. Biarkan saja aku mencobanya, oke?”

Ini terbukti tidak persuasif juga.

“Aku pikir,” kata Profesor Quirrell akhirnya, menatap pada Harry dengan mata yang menyempit, “bahwa jika kita tidak mengizinkanmu melakukan ini di bawah pengawasan, dia akan, pada suatu saat atau yang lain, menyelinap dan mencari satu Dementor sendiri. Apakah aku salah menuduhmu, Tn. Potter?”

Ada suatu jeda tercengang atas ini. Itu sepertinya adalah suatu saat yang baik untuk memainkan kartu trufnya.

“Aku tak keberatan jika Kepala Sekolah tetap mempertahankan Patronusnya,” kata Harry. Karena aku akan ada di hadapan Dementor juga, Patronus atau tidak.

Ada kebingungan atas ini, bahkan Profesor Quirrell terlihat bingung; tapi sang Kepala Sekolah akhirnya menyetujui, karena sepertinya tak mungkin bahwa Harry bisa terluka menembus empat Patronus.

Jika si Dementor tak bisa menjangkau menembus Patronusmu pada beberapa tingkat, Albus Dumbledore, kamu tak akan melihat seorang pria telanjang yang menyakitkan untuk dilihat тАж .

Harry tak mengatakannya dengan lantang, untuk alasan-alasan yang jelas.

Dan mereka mulai berjalan menuju si Dementor.

“Kepala Sekolah,” kata Harry, “misal pintu Raverclaw bertanya padamu teka-teki ini: Apa yang ada di pusat Dementor? Apa yang akan kau katakan?”

“Ketakutan,” kata sang Kepala Sekolah.

Itu adalah kesalahan yang cukup sederhana. Si Dementor mendekat dan ketakutan menyelimutimu. Ketakutan itu menyakitkan, kamu merasakan ketakutan itu melemahkanmu, kamu ingin ketakutan itu menghilang.

Adalah alami untuk mengira ketakutan itu adalah masalahnya.

Jadi mereka menyimpulkan bahwa si Dementor adalah satu makhluk dari ketakutan murni, bahwa tak ada apa pun untuk ditakuti kecuali ketakutan itu sendiri, bahwa si Dementor tak bisa melukaimu jika kamu tak takut тАж .

Tapi тАж .

Apa yang ada di pusat Dementor?

Ketakutan.

Apa yang sebegitu mengerikan hingga pikiran menolak untuk melihatnya?

Ketakutan.

Apa yang mustahil untuk dibunuh?

Ketakutan.

тАж itu tak benar-benar cocok, begitu kamu memikirkan tentangnya.

Walau adalah cukup jelas kenapa orang-orang akan jadi enggan untuk melihat melampaui jawaban pertama.

Orang-orang memahami ketakutan.

Orang-orang tahu apa yang harus mereka lakukan tentang ketakutan.

Jadi, dihadapkan dengan satu Dementor, tak akan sepenuhnya nyaman untuk menanyakan: ‘Bagaimana jika ketakutan itu hanyalah efek samping bukannya masalah utamanya?’

Mereka sudah tiba sangat dekat dengan kurungan si Dementor yang dijaga oleh empat Patronus, ketika muncul tarikan napas tajam dari ketiga Auror dan Profesor Quirrell. Wajah-wajah semua orang berbalik untuk melihat ke arah si Dementor, seolah-olah mendengarkan; ada kengerian di wajah Auror Goryanof.

Kemudian Profesor Quirrell mengangkat kepalanya, wajahnya keras, dan meludah ke arah si Dementor.

“Dia tak suka mangsanya diambil darinya, kukira,” kata Dumbledore dengan pelan. “Yah. Jika keadaan membutuhkan, Quirinus, akan selalu ada tempat perlindungan untukmu di Hogwarts.”

“Apa yang dia katakan?” kata Harry.

Tiap kepala berayun untuk menatapnya.

“Kau tak mendengarnya тАж ?” kata Dumbledore.

Harry menggelengkan kepalanya.

“Dia berkata padaku,” kata Profesor Quirrell, “bahwa dia mengetahui diriku, dan bahwa dia akan memburuku suatu hari, di mana pun aku mencoba bersembunyi.” Wajahnya kaku, menunjukkan tak sedikit pun ketakutan.

“Ah,” kata Harry. “Aku tak akan mengkhawatirkan tentang itu, Profesor Quirrell.” Tidak seperti Dementor bisa benar-benar berbicara, atau berpikir; struktur yang mereka miliki itu dipinjam dari pikiran dan ekspektasimu sendiri тАж .

Sekarang semua orang memberinya pandangan yang sangat aneh. Para Auror saling memandang dengan cemas satu sama lain, pada Dementor, pada Harry.

Dan mereka berdiri tepat di hadapan kurungan si Dementor.

“Mereka adalah luka-luka di dalam dunia,” kata Harry. “Ini hanya tebakan liar, tapi aku menebak orang yang mengatakan itu adalah Godric Gryffindor.”

“Ya тАж .” kata Dumbledore. “Bagaimana kau tahu?”

Itu adalah salah pengertian umum, pikir Harry, bahwa seluruh rasionalis terbaik akan Diseleksi ke dalam Ravenclaw, meninggalkan tak satu pun untuk Asrama lain. Tidak seperti ini; Diseleksi ke dalam Ravenclaw menandakan bahwa sifat terkuatmu adalah keingintahuan, bertanya-tanya dan keinginan untuk mengetahui jawaban sebenarnya. Dan ini bukanlah satu-satunya sifat yang dibutuhkan seorang rasionalis. Sesekali kamu harus bekerja keras pada suatu masalah, dan bertahan dengan hal itu untuk beberapa saat. Sesekali kamu perlu rencana cerdas untuk mencari jawaban. Dan sesekali apa yang kamu perlukan lebih dari yang lain untuk melihat sebuah jawaban, adalah keberanian untuk menghadapinya тАж .

Pandangan Harry menuju kepada apa yang ada di bawah selubung itu, kengerian jauh lebih buruk dari mumi membusuk mana pun. Romena Ravenclaw mungkin juga mengetahui, karena itu adalah teka-teki yang cukup jelas begitu kamu melihatnya sebagai sebuah teka-teki.