Lengan keriput terjulur keluar dari pagar, dan membuka telapak tangan penuh harap. Tak sempat berpikir di titik ini, Harry memberikan amplopnya.
“Serahkan saja padaku, nak,” kata Nyonya Figg, “dan dalam sekejap akan kusuruh seseorang kemari.”
Dan wajahnya menghilang dari balik pagar.
Ada kesunyian panjang di halaman belakang.
Lalu dengan perlahan dan tenang, seorang bocah berkata, “Apa.”
*Chapter 2*: Semua Yang Aku Percayai Itu Salah
#include “stddisclaimer.h”
*
“Tentu saja itu semua salahku. Tidak ada orang lain di sini yang bisa bertanggung jawab atas apapun.”
*
“Sekarang, untuk lebih jelas,” kata Harry, “kalau profesor benar-benar bisa mengangkatmu, Dad, dan kamu tahu kalau kamu tidak ditarik oleh kabel, itu sudah jadi bukti yang cukup kuat. Kamu tidak akan berbalik dan berkata kalau itu cuma trik sulap. Itu namanya perbuatan curang. Kalau kamu memang benar-benar merasa seperti itu kamu harus mengatakannya sekarang, dan kita akan mencari eksperimen yang lain.”
Ayah Harry, Profesor Michael Verres-Evans, memutar bola matanya. “Ya, Harry.”
“Dan kamu, Mum, teorimu mengatakan bahwa si professor mampu melakukan hal ini, dan kalau itu tak terjadi, kamu akan mengakui kesalahanmu. Tak ada alasan tentang sihir yang tidak terjadi kalau seseorang berpikiran skeptis atasnya, atau yang semacam itu.”
Wakil Kepala Sekolah Minerva McGonagall mengamati Harry dengan terkejut. Dia terlihat cukup meyakinkan sebagai penyihir dengan jubah hitam dan topi runcingnya, tapi waktu dia berbicara dia terdengar formal dengan aksen skotlandia, yang tidak serasi dengan tampilannya. Dilihat sekilas dia terlihat seperti seseorang yang terbiasa terkikik saat memasukkan bayi ke dalam kuali, tapi semuanya hancur begitu dia membuka mulut. “Apakah itu cukup, Tn. Potter?” katanya. “Bisakah aku langsung mendemonstrasikan?”
“Cukup? Kurasa tidak,” kata Harry. “Tapi paling tidak ini akan membantu. Silahkan, Wakil Kepala Sekolah.”
“Profesor saja cukup,” katanya, lalu, “Wingardium Leviosa.”
Harry melihat ayahnya.
“Huh,” kata Harry.
Ayahnya melihat balik padanya. “Huh,” tiru ayahnya.
Kemudian Profesor Verres-Evans melihat ke Profesor McGonagall. “Baik, kamu bisa menurunkan aku lagi sekarang.”
Ayahnya diturunkan perlahan ke tanah.
Harry mengacak-acak rambutnya. Mungkin ini karena ada bagian aneh dirinya yang sudah percaya, tapi тАж . “Itu tadi sedikit antiklimaks,” kata Harry. “Kamu akan berharap mengalami suatu gejolak mental yang lebih dramatis karena pembaruan akibat pengamatan hal dengan kemungkinan yang amat sangat kecilтАУ” Harry menghentikan dirinya. Mum, McGonagall, bahkan Dad memberinya pandangan itu lagi. “Maksudku, dengan menemukan bahwa semua yang aku percayai itu salah.”
Serius, ini harusnya lebih dramatis. Otaknya harusnya sedang membakar seluruh stok hipotesi-hipotesisnya tentang alam semesta, yang tidak akan membiarkan semua hal tadi terjadi. Tapi otaknya malah jadi, Oke, aku baru saja melihat seorang profesor Hogwarts mengayunkan tongkat sihirnya dan membuat ayahmu terangkat ke udara, sekarang apa?
Si penyihir wanita tersenyum pada mereka dan terlihat cukup terhibur. “Apakah kamu ingin demonstrasi lebih lanjut, Tn. Potter?”
“Sebenarnya tidak perlu,” kata Harry. “Kita sudah melakukan eksperimen penentu. Tapi тАж .” Harry bimbang. Dia tak bisa menahan diri. Sebenarnya, dalam situasi ini, dia tidak usah menahan diri. Adalah tepat dan wajar untuk penasaran. “Apa lagi yang bisa kamu lakukan?”
Profesor McGonagall berubah menjadi kucing.
Harry menjauh tanpa sadar, bergerak mundur sebegitu cepat hingga ia tersandung tumpukan buku-buku dan mendarat di atas pantatnya dengan bunyi twak. Tangannya turun untuk menangkap tubuhnya tanpa menggapai dengan sempurna, dan ada denyut peringatan di pundaknya karena bobot yang tak tertahan.
Seketika itu juga si kucing betina kecil itu berubah lagi menjadi wanita berjubah. “Saya minta maaf, Tn. Potter,” kata McGonagall, terdengar tulus, walau bibirnya berkedut menahan senyum. “Aku harusnya memperingatkanmu.”
Harry bernapas terengah-engah. Suaranya seolah tercekik.
“Kamu tidak bisa MELAKUKAN itu!”
“Ini hanya Transfigurasi,” kata McGonagall. “Transformasi Animagus, untuk lebih tepatnya.”
“Kamu berubah jadi kucing! Seekor kucing KECIL! Kamu melanggar Kekekalan Energi! Itu bukan aturan sembarangan, itu dinyatakan dalam bentuk quantum Hamiltonian! Melanggarnya akan menghancurkan ‘unitarity’ lalu kamu akan mendapat sinyal FTL! Dan kucing itu RUMIT! Pikiran manusia tidak akan mampu memvisualisasi seluruh anatomi kucing, dan juga seluruh biokimia kucing, juga bagaimana dengan neurologi? Bagaimana kamu bisa terus berpikir memakai otak ukuran kucing?”
Bibir profesor McGonagall berkedut lebih kuat sekarang. “Sihir.”
“Sihir tidak cukup untuk melakukannya! Kamu harus jadi seorang dewa!”
Profesor McGonagall berkedip. “Itu pertama kalinya aku disebut seperti itu.”
Pandangan Harry mulai kabur, seiring otaknya mulai memahami apa yang baru saja dihancurkan. Seluruh gagasan tentang segenap alam semesta dengan hukum matematika biasa, itulah yang baru saja diguyur dalam toilet; seluruh pikiran fisika. Tiga ribu tahun memecahkan masalah-masalah rumit besar menjadi bagian-bagian kecil, menemukan bahwa musik para planet seirama dengan jatuhnya apel, menemukan bahwa hukum sejati adalah universal dan tak memiliki pengecualian di manapun dan mengambil bentuk matematika sederhana yang mengatur bagian-bagian terkecil, dan juga bahwa pikiran adalah otak dan otak tersusun dari neuron-neuron, otak yang merupakan manusia itu sendiri тАУ
Dan seorang wanita berubah menjadi kucing, semua jadi tak berarti begitu saja.
Ratusan pertanyaan bertarung memperebutkan prioritas atas bibir Harry dan pemenangnya menyembur keluar: “Dan, dan mantera macam apa itu Wingardium Leviosa? Siapa yang menciptakan kata-kata untuk mantera-mantera sihir ini, anak TK?”
“Cukup untuk sekarang, Tn. Potter,” kata Profesor McGonagall datar, walau matanya memancarkan kegirangan yang tertahan. “Kalau kamu ingin belajar tentang sihir, saya sarankan supaya kita menyelesaikan berkas-berkasnya supaya kamu bisa belajar di Hogwarts.”
“Benar,” kata Harry, seolah linglung. Dia merapikan pikirannya. Barisan Akal harus diulang lagi, hari ini cukup; mereka sudah punya hasil metode eksperimental dan itulah yang terpenting. “Bagaimana caraku untuk masuk ke Hogwarts, kalau begitu?”
Sedakan tawa keluar dari Profesor McGonagall, seolah dicabut dengan penyepit.
“Tunggu dulu, Harry,” kata ayahnya. “Ingat kenapa kamu tidak bisa mengikuti sekolah sampai sekarang? Bagaimana dengan kondisimu?”
Profesor McGonagall berputar ke arah Michael. “Kondisinya? Apa ini?”
Aku tidak tidur seperti biasa,” kata Harry. Dia melambaikan tangan menyerah. “Siklus tidurku sepanjang 26 jam, aku selalu tertidur dua jam lebih lama, setiap hari. Aku tidak bisa tidur lebih cepat dari itu, dan di hari berikutnya aku akan tertidur dua jam dari waktu aku tidur kemarin. 10PM, 12AM, 2AM, 4AM, sampai berulang lagi. Bahkan kalau aku mencoba bangun lebih awal, itu tidak membuat perbedaan dan memperparah kondisiku seharian. Itulah mengapa aku tak bisa belajar di sekolah normal sampai sekarang.”
“Salah satu alasannya,” kata ibunya. Harry menatapnya tajam.
McGonagall memberi hmmmmm panjang. “Seingatku aku tak pernah mendengar kondisi semacam itu тАж” katanya perlahan. “Akan kutanyakan pada Madam Pomfrey untuk melihat apakah ada obatnya.” Kemudian wajahnya kembali cerah. “Tidak, aku yakin ini tidak akan jadi soalтАУakan kucari solusinya tepat waktu. Sekarang,” dan tatapannya menajam lagi, “apa lagi alasan lainnya?”
Harry memberi tatapan tajam pada orang tuanya. “Aku adalah penentang terpercaya atas pemaksaan kewajiban pada anak-anak, dengan dasar bahwa aku seharusnya tidak ikut menderita karena pengeroposan atas sistem sekolah yang gagal untuk menyediakan tenaga pengajar atau bahan ajar bahkan untuk sekedar berkualitas kelayakan minimal.”