Oke, dia tidak menebak dengan benar ke arah mana tujuan pembicaraan ini.
Api kemarahan membara yang merupakan mesin utama Hermione mulai menyala, walaupun sebagian dari dirinya memang tahu apa yang mereka coba lakukan. “Itu kejam! Kamu kejam! Anak malang itu! Yang kamu lakukan itu jahat!”
“Aku pikir kata yang kamu cari adalah menyenangkan, dan dalam keadaan apa pun kamu menanyakan pertanyaan yang salah. Pertanyaannya adalah, apakah hal itu menghasilkan lebih banyak hal baik atau buruk? Kalau kamu punya argumen apa pun untuk ditambahkan pada pertanyaan itu aku dengan senang hati mendengarkannya, tapi aku tak akan menanggapi kritik yang lain sebelum pertanyaan tadi diselesaikan. Aku benar-benar setuju kalau yang aku lakukan memang terlihat mengerikan dan menindas dan jahat, karena itu melibatkan bocah yang ketakutan dan sebagainya, tapi itu bukan masalah intinya kan? Ngomong-ngomong, itu namanya konsekuensialisme, artinya bahwa entah perbuatan itu benar atau salah bukan ditentukan dari apakah itu terlihat buruk, atau jahat, atau yang semacam itu, satu-satunya pertanyaan adalah bagaimana hasil pada akhirnyaтАУapa konsekuensinya.”
Hermione membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu yang benar-benar pedas namun sayangnya dia sepertinya sudah melupakan bagian di mana dia memikirkan sesuatu terlebih dulu sebelum membuka mulutnya. Yang bisa dia katakan cuma, “Bagaimana kalau dia mengalami mimpi buruk?”
“Jujur saja, aku pikir dia tak butuh bantuan untuk mengalami mimpi buruk, dan kalaupun dia mengalami mimpi buruk tentang ini, maka itu akan jadi mimpi buruk yang melibatkan monster-monster mengerikan yang memberimu cokelat dan memang itulah tujuannya.”
Otak Hermione terus tersentak dalam kebingungan tiap kali dia mencoba untuk benar-benar marah. “Apakah hidupmu selalu seganjil ini?” dia katakan akhirnya.
Wajah Harry Potter berkilau dengan kebanggaan. “Aku membuatnya seganjil ini. Kamu sedang menyaksikan hasil dari kerja keras dan penuh keringat.”
“Jadi тАж .” kata Hermione, dan memperpanjang suaranya dengan canggung.
“Jadi,” kata Harry Potter, “seberapa banyak sains yang kamu tahu? Aku bisa kalkulus dan aku tahu beberapa teori probabilitas Bayesian dan teori keputusan dan banyak sains kognitif, dan aku sudah membaca The Feynman Lectures (atau paling tidak volume 1) dan Judgment Under Uncertainty: Heuristics and Biases dan Language in Thought and Action dan Influence: Science and Practice dan Rational Choice in an Uncertain World dan Godel, Escher, Bach dan A Step Farther Out danтАУ”
Pengujian dan balas-pengujian ini berlangsung selama beberapa menit sebelum akhirnya dipotong oleh ketukan malu-malu lain di pintu. “Silakan,” Hermione dan Harry Potter berkata dalam waktu yang hampir bersamaan, dan pintu itu bergeser menampakkan Neville Longbottom.
Neville sudah benar-benar menangis sekarang. “Aku sudah pergi ke gerbong depan dan bertemu p-prefek tapi dia b-bilang oadaku bahwa prefek tak boleh diganggu oleh masalah remeh seperti katak h-hilang.”
Wajah si Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup berubah. Bibirnya berubah jadi garis tipis. Suaranya, waktu dia berbicara, dingin dan suram. “Apa warna orang itu? Hijau dan Perak?”
“Ti-tidak, lambangnya memerah dan emas.”
“Merah dan emas!” teriak Hermione. “Tapi itu adalah warna Gryffindor!”
Harry Potter mendesis mendengarnya, suara menakutkan yang hanya bisa keluar dari ular hidup dan membuat Hermione dan Neville tersentak. “Aku kira,” Harry Potter meludahkan, “menemukan katak seorang tahun pertama tak cukup heroik bagi prefek Gryffindor. Ayolah, Neville, aku akan pergi denganmu kali ini, kita lihat apakah Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup mendapatkan lebih banyak perhatian. Pertama kita cari prefek yang tahu satu mantra, dan jika itu tak berhasil, kita cari prefek yang tak takut membiarkan tangannya kotor, dan kalau itu tak berhasil, aku akan mulai merekrut para penggemarku dan kalau perlu kita akan bongkar seluruh kereta ini sekrup demi sekrup.”
Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup berdiri dan memegang tangan Neville, dan Hermione sadar dalam suatu cegukan otak seketika bahwa mereka nyaris sama tinggi, walau sebagian dari dirinya yakin bahwa Harry Potter satu kaki lebih tinggi darinya, dan Neville paling tidak enam inci lebih pendek.
“Diam!” Harry Potter membentak HermioneтАУtidak, tunggu, pada kopernyaтАУdan dia menutup pintu di belakangnya saat dia pergi.
Dia mungkin seharusnya ikut pergi bersama mereka, tapi dalam sesaat tadi Harry Potter berubah jadi sebegitu menakutkan hingga dia sebenarnya cukup lega tidak terpikir untuk mengusulkannya.
Pikiran Hermione sebegitu kusutnya hingga dia bahkan tak berpikir dia bisa membaca “Sejarah: Hogwarts” dengan layak. Dia merasa seolah baru saja dilindas mesin giling dan jadi kue dadar. Dia tidak yakin atas apa yang dia pikirkan atau apa yang dia rasakan atau kenapa. Dia hanya duduk di sebelah jendela dan mulai memandang pemandangan yang bergerak.
Yah, dia paling tidak sudah tahu kenapa dia merasa sedikit sedih dalam hati.
Mungkin Gryffindor tidak seluar biasa yang dia pikirkan.
*Chapter 9*: Gelar Suntingan, Bagian I
Seluruh basismu adalah kepunyaan J. K. Rowling.
*
1.000 REVIEW DALAM 26 HARI WOOHOO AWESOME POWA! 30 HARI 1.189 REVIEW COMBO TERUS BERLANJUT! YEAH! KALIAN SEMUA ADALAH YANG TERBAIK! THIS IS SPARTAAAAA!
Ahem.
Kuark generasi ketiga juga disebut “truth” dan “beauty” sebelum “top” dan “bottom” akhirnya jadi lebih unggul; tanggal lahirku adalah sekitar tanggal lahir Hermione, dan ketika aku berumur sebelas, aku memakai “truth” dan “beauty”.
Ketika Bagian I dari bab ini dipublikasikan, aku berkata bahwa kalau ada yang menebak apa yang dimaksud oleh kalimat terakhir sebelum update selanjutnya, aku akan memberitahu mereka keseluruhan plot ceritanya.
*
Kamu tak pernah tahu kejadian kecil apa yang bisa mengganggu arah rencana utamamu.
*
“Abbott, Hannah!”
Jeda.
“HUFFLEPUFF!”
“Bones, Susan!”
Jeda.
“HUFFLEPUFF!”
“Boot, Terry!”
Jeda.
“RAVENCLAW!”
Harry memandang sekilas pada kawan-Asrama barunya, lebih pada melihat sebentar pada wajah daripada lainnya. Dia masih mencoba menenangkan diri dari pertemuannya dengan hantu. Yang menyedihkan, yang sangat menyedihkan, yang benar-benar sangat menyedihkan adalah bahwa dia memang merasa sudah tenang lagi. Ini terasa tak benar. Seolah dia harusnya butuh paling tidak sehari. Mungkin seumur hidup. Mungkin tak akan pernah.
“Corner, Michael!”
Jeda panjang.
“RAVENCLAW!”
Di podium di depan Meja Utama besar berdiri Profesor McGonagall, terlihat tajam dan menatap tajam ke sekeliling, saat dia menyebutkan nama satu demi satu, walau dia sudah tersenyum untuk Hermione dan beberapa lainnya. Di belakangnya, di kursi paling tinggiтАУlebih mirip singgasana emasтАУduduk orang tua keriput dan berkacamata, dengan jenggot perak-putih yang terlihat seperti akan mencapai lantai kalau terlihat, mengawasi Penyeleksian dengan ekspresi penuh kebijakan; dengan penampilan setipikal mungkin dengan penampilan Orang Tua Bijak, tanpa terlihat Oriental. (Walau Harry sudah belajar untuk waspada terhadap penampilan tipikal dari sejak dia bertemu dengan Profesor McGonagall dan mengira bahwa tawanya berupa kikikan.) Penyihir tua itu bertepuk tangan untuk tiap murid yang sudah melalui Seleksi, dengan senyum tak tergoyahkan yang entah bagaimana terlihat selalu segar untuk tiap murid.
Di sebelah kiri singgasana emas ada laki-laki dengan mata tajam dan wajah muram yang tak bertepuk tangan untuk siapapun, dan entah kenapa mampu melihat langsung pada Harry tiap kali Harry melihatnya. Lebih jauh ke kiri, pria berwajah pucat yang Harry lihat di Leaky Cauldron, yang matanya memandang sekeliling seolah panik atas kerumunan orang di sekitarnya, dan yang terlihat sesekali tersentak dan kejang di kursinya; untuk alasan tertentu Harry selalu tanpa sadar melihatnya. Di kiri orang itu, barisan tiga penyihir tua yang terlihat tak begitu tertarik pada para murid. Kemudian di kanan singgasana emas, ada penyihir berwajah bulat usia menengah dengan topi kuning, yang bertepuk tangan untuk tiap murid kecuali Slytherin. Seorang pria kecil yang berdiri di kursinya, dengan jenggot putih mengembang, yang bertepuk tangan untuk tiap murid, tapi hanya tersenyum untuk Ravenclaw. Dan di paling kanan menempati ruang yang sama dengan tiga makhluk yang lebih kecil, suatu wujud raksasa yang menyapa mereka semua setelah mereka turun dari kereta, menyebut dirinya sebagai Hagrid, Penjaga Kunci dan Wilayah.