Выбрать главу

Akhirnya Profesor McGonagall terlihat lebih tenang. “Itu tadi tak berakhir baik,” katanya dalam suara rendah. “Aku tahu kamu tak terbiasa dengan semua ini, Tn. Potter, tetapi orang-orang itu benar-benar peduli tentangmu. Tolong bersikaplah baik pada mereka.”

Harry memandang sepatunya. “Harusnya tak perlu,” katanya dengan rona pahit. “Peduli terhadapku, maksudku.”

“Kamu menyelamatkan mereka dari Kau-Tahu-Siapa,” kata Profesor McGonagall. “Bagaimana bisa mereka tak peduli?”

Harry mengangkat kepalanya melihat ekspresi ketat sang penyihir di bawah topi runcingnya, dan mendesah. “Aku yakin tak mungkin waktu kukatakan kesalahan fundamental atribusi kamu akan tahu apa artinya.”

“Tidak,” kata Profesor dalam aksen Skotlandianya yang tepat, “tapi tolong jelaskan, Tn. Potter, kalau boleh.”

“Baik тАж .” Kata Harry, mencoba memikirkan cara untuk menjelaskan bagian itu dari sains Muggle. “Misalkan kamu datang untuk bekerja dan melihat rekan kerjamu menendang meja. Kamu berpikir, ‘dia pasti orang yang pemarah’. Rekanmu berpikir tentang begaimana seseorang mendorongnya ke dinding dalam perjalanan ke tempat kerja dan berteriak padanya. Siapapun akan marah karena itu, pikirnya. Waktu kita melihat orang lain kita melihat sifat personalitas yang menjelaskan perbuatan mereka, namun waktu kita melihat diri sendiri kita melihat keadaan yang menjelaskan perbuatan kita. Cerita orang lain masuk akal secara internal untuk mereka sendiri, dari dalam, tapi kita tidak melihat sejarah seseorang membuntuti di belakangnya mengapung di udara. Kita hanya melihat mereka dalam satu situasi, dan kita tidak melihat apa yang akan mereka lakukan dalam situasi berbeda. Jadi kesalahan fundamental atribusi adalah bahwa kita menjelaskan dengan memakai sifat yang tahan lama, permanen walau sebenarnya lebih cocok untuk menjelaskan memakai keadaan dan konteks.” Ada beberapa eksperimen yang membuktikan hal ini, tapi Harry tak akan masuk ke sana.

Alis sang penyihir naik di bawah ujung topinya. “Saya pikir saya mengerti тАж .” Profesor McGonagall berkata perlahan. “Tapi apa hubungannya itu denganmu?”

Harry menendang dinding tembok lorong sebegitu keras hingga kakinya sakit. “Orang-orang berpikir aku menyelamatkan mereka dari Kau-Tahu-Siapa seolah aku suatu ksatria Cahaya agung.”

“Satu dengan kekuatan untuk menghancurkan Pangeran Kegelapan тАж” gumam sang penyihir, ironi aneh meninggalkan suaranya.

“Ya,” kata Harry, kejengkelan dan frustrasi bergumul dalam dia, “seolah aku menghancurkan Pangeran Kegelapan karena aku punya suatu sifat korosif-terhadap-Pangeran-Kegelapan yang tahan lama dan permanen. Aku cuma lima belas bulan waktu itu! Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi aku asumsikan itu ada hubungannya dengan, seperti mereka bilang, keadaan lingkungan yang mempengaruhi. Dan pastinya tak ada hubungannya dengan kepribadianku. Orang-orang tak peduli dengan aku, mereka bahkan tidak memberiku perhatian, mereka ingin berjabat tangan dengan penjelasan buruk.” Harry berhenti, dan melihat McGonagall. “Apa kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi?”

“Aku sudah membuat satu gagasan тАж .” kata Profesor McGonagall. “Setelah bertemu denganmu, tepatnya.”

“Ya?”

“Kamu menang atas Pangeran Kegelapan dengan menjadi lebih buruk dari dia, dan selamat dari Kutukan Pembunuh dengan jadi lebih mengerikan dari Kematian.”

“Ha. Ha. Ha.” Harry menendang dinding lagi.

Profesor McGonagall tertawa kecil. “Ayo kita pergi ke Madam Malkin setelah ini. Aku takut pakaian Mugglemu terlalu menarik perhatian.”

Mereka berpapasan dengan dua lagi pengucap-selamat selama perjalanan.

‘Madam Malkin’s Robes’ punya tampilan yang benar-benar membosankan, bata merah biasa, dan jendela kaca memperlihatkan jubah-jubah hitam di dalam. Bukan jubah yang bersinar atau berubah atau berputar, atau memancarkan cahaya aneh yang seolah menembus bajumu dan menggelitikmu. Cuma jubah biasa, cuma itu yang bisa kamu lihat melalui jendela. Pintunya terbuka lebar, seolah mengatakan bahwa tak ada rahasia dan tak ada yang disembunyikan.

“Aku akan pergi sebentar selagi kamu mengepas jubahmu,” kata Profesor McGonagall. “Apakah kamu tak masalah dengan itu, Tn. Potter?”

Harry mengangguk. Dia membenci belanja pakaian dengan hasrat membara dan tak akan menyalahkan sang penyihir untuk merasakan hal yang sama.

Tongkat Profesor McGonagall keluar dari lengannya, mengetuk kepala Harry perlahan. “Dan karena kamu harus terlihat jelas untuk Madam Malkin, aku menghilangkan Penggelapan-nya.”

“Uh тАж .” Kata Harry. Itu membuatnya sedikit khawatir; dia masih belum terbiasa dengan seluruh perkara ‘Harry Potter’ ini.

“Aku belajar di Hogwarts dengan Madam Malkin,” kata McGonagall. “Bahkan waktu itu, dia adalah satu orang yang paling tenang dari semua yang kutahu. Dia tak akan menggubris bahkan kalau Kau-Tahu-Siapa sendiri masuk ke tokonya.” Suara McGonagall terdengar bernostalgia, dan sangat mengakui. “Madam Malkin tak akan mengganggumu, dan dia tak akan membiarkan orang lain mengganggumu.”

“Kamu akan pergi ke mana?” tanya Harry. “Hanya untuk, kau tahu, kalau sesuatu memang terjadi.”

McGonagall memberi Harry tatapan keras. “Aku akan pergi ke sana,” katanya, menunjuk ke bangunan di seberang jalan yang memajang tanda tong kayu, “dan membeli minuman, yang aku sangat butuhkan. Kamu akan mengepas jubahmu, tidak lebih. Aku akan kembali untuk memeriksamu secepatnya, dan aku harap untuk menemukan toko Madam Malkin masih tetap berdiri dan tidak dalam bentuk apapun, terbakar.”

Madam Malkin adalah wanita tua sibuk yang tak mengatakan sepatah katapun tentang Harry ketika ia melihat bekas luka di dahinya, dan ia memberi tatapan tajam pada asistennya ketika gadis itu terlihat akan mengatakan sesuatu. Madam Malkin mengeluarkan seperangkat potongan-potongan kain yang bergerak, menggeliat yang dipakai sebagai pita pengukur dan langsung bekerja memeriksa medium karya seninya.

Di sebelah Harry, bocah pucat dengan wajah tajam dan rambut pirang-putih keren-mengagumkan yang tampaknya sedang menjalani tahap akhir dari proses yang sama. Salah satu dari dua asisten Malkin sedang memeriksa bocah rambut-putih dan jubah berpola papan catur yang dipakainya; sesekali dia akan mengetuk ujung jubah dengan tongkat sihirnya, dan jubah itu akan melonggar dan mengetat.

“Halo,” kata si bocah. “Hogwarts, juga?”

Harry bisa menebak ke arah mana perbincangan ini akan berakhir, dan dalam frustasi sesaat bahwa cukup adalah cukup.

“Astaga,” bisik Harry, “tak mungkin.” Dia membiarkan matanya melebar. “Nama тАж anda, tuan?”

“Draco Malfoy,” kata Draco Malfoy, terlihat sedikit bingung.

“ini memang kamu! Draco Malfoy. AkuтАУaku tak pernah menyangka akan memperoleh kehormatan ini, tuan.” Harry berharap dia bisa membuat air mata keluar dari matanya. Orang-orang biasanya mulai menangis di titik ini.

“Oh,” kata Draco, terdengar sedikit kebingungan. Kemudian bibirnya memanjang membentuk senyuman sombong. “Sangat menyenangkan bertemu seseorang yang tahu diri.”

Salah satu asisten, yang sepertinya mengenali Harry, membuat suara batuk tertahan.

Harry terus mengoceh. “Saya senang sekali bertemu denganmu, Tn. Malfoy. Sangat-sangat gembira. Dan menghadiri Hogwarts di tahun yang sama denganmu! Itu membuat jantungku jatuh pingsan.”

Oops. Bagian terakhir itu mungkin terdengar sedikit ganjil, seolah dia sedang berusaha merayu Draco atau apa.

“Dan aku puas mengetahui aku akan diperlakukan dengan hormat yang memang seharusnya diberikan pada keluarga Malfoy,” si bocah melempar balik, ditemani senyuman seperti yang biasa dilimpahkan oleh raja-raja tertinggi ke atas subjeknya, kalau subjeknya itu benar-benar tulus, walau miskin.

Eh тАж . Sial, Harry kesulitan mengarang kalimat selanjutnya. Yah, semua orang memang ingin berjabatan dengan tangan milik Harry Potter, jadiтАУ“Sesudah pakaianku selesai, tuan, sudikah anda menjabat tangan saya? Aku tak berharap lebih untuk menggenapkan hari ini, tidak, bulan ini, sungguh, seluruh masa hidupku.”