Si bocah berambut-pirang-putih membalas dengan tatapan tajam. “Dan apa yang sudah kamu lakukan untuk keluarga Malfoy yang membuatmu pantas untuk kemurahan hati semacam itu?”
Oh, aku benar-benar akan mencoba kata-kata itu untuk orang berikutnya yang ingin menjabat tanganku. Harry menundukkan kepalanya. “Tidak, tidak, tuan, saya mengerti. Saya minta maaf atas itu. Aku seharusnya sudah merasa terhormat untuk membersihkan sepatumu, tentu saja.”
“Benar,” bentak si bocah lain. Ekspresi kerasnya melembut entah kenapa. “Katakan, menurutmu kamu akan dimasukkan ke Asrama apa? Aku jelas ke Asrama Slytherin, tentu saja, seperti ayahku Lucius sebelum aku. Dan untukmu, kupikir Asrama Hufflepuff, atau mungkin Asrama Elf.”
Harry meringis malu. “Profesor McGonagall berkata kalau aku adalah orang paling Ravenclaw yang pernah ia lihat atau dengar dari legenda, sampai-sampai Rowena sendiri yang harus menyuruhku untuk lebih sering keluar, entah apapun artinya itu, dan kalau aku pasti akan ditempatkan di Asrama Ravenclaw kalau si topi tidak berteriak terlalu keras pada hingga yang lain tak bisa mengeluarkan satu katapun, akhir kutipan.”
“Wow,” kata Draco Malfoy, terdengar sedikit terkesan. Sang bocah membuat desahan sayu. “Sanjunganmu begitu baik, atau paling tidak itu yang kupikir, bagaimanapunтФАkamu akan cocok di Asrama Slytherin, juga. Biasanya hanya ayahku yang memperoleh penyembahan macam itu. Aku harap Slytherin lain akan menjilatku sekarang aku di Hogwarts тАж kurasa ini adalah pertanda baik, kalau begitu.”
Harry berdeham. “Sebenarnya, maaf, aku benar-benar tak tahu siapa kamu.”
“Oh ayolah!” kata si bocah dengan kekecewaan sengit. “Kalau begitu, kenapa kamu sampai melakukan itu?” Mata Draco seketika melebar dengan kecurigaan. “Dan bagaimana kamu tak tahu tentang keluarga Malfoy? Dan pakaian macam apa itu yang kamu kenakan? Apakah orang tuamu Muggle?”
“Dua orangtuaku sudah wafat,” kata Harry. Hatinya tertusuk. Waktu ia menyebutnya seperti ituтФА“Dua orangtua lainku adalah Muggle, dan merekalah yang membesarkanku.”
“Apa?” kata Draco. “Siapa sebenarnya kamu?”
“Harry Potter, senang bertemu denganmu.”
“Harry Potter?” Draco terkesiap. “Sang HarryтФА” si bocah berhenti tiba-tiba.
Ada kesunyian singkat.
Lalu, dengan binar antusias, “Harry Potter? Sang Harry Potter? Wah, aku selalu ingin bertemu denganmu!”
Asisten Draco mengeluarkan suara seolah dia tercekik tetapi tetap melanjutkan kerjanya, mengangkat lengan Draco untuk melepaskan jubah kotak-kotak dengan hati-hati.
“Tutup mulut,” saran Harry.
“Boleh aku meminta tanda tanganmu? Tidak, tunggu, aku ingin berfoto denganmu dulu!”
“Tutupmuluttutupmuluttutupmulut.”
Aku benar-benar gembira bisa bertemu denganmu!”
“Terbakarlah dalam api lalu mati.”
“Tapi kamu adalah Harry Potter, sang penyelamat agung dunia sihir! Pahlawan semua orang, Harry Potter! Aku selalu ingin jadi sepertimu ketika aku besar supaya aku bisaтФА”
Draco memotong kata-katanya di tangah kalimat, wajahnya membeku dalam kengerian absolut.
Tinggi, berambut-putih, elegan dingin dalam jubah hitam dengan kualitas terbaik. Satu tangan menggenggam tongkat bergagang perak yang memiliki bentuk karakter dari senjata mematikan hanya dengan berada di tangannya. Matanya mengamati ruangan dengan kualitas ketenangan seorang penjagal, seorang pria yang untuknya kematian itu tak menyakitkan, atau bahkan terlarang, namun hanya suatu aktivitas rutin seperti bernafas.
Itu adalah pria yang, sesaat yang lalu, berjalan masuk melalui pintu yang terbuka.
“Draco,” kata pria itu, rendah dan sangat murka, “apa yang kamu katakan?”
Dalam seketika panik simpatis, Harry merancang satu rencana penyelamatan.
“Lucius Malfoy!” Harry Potter terkesiap. “Sang Lucius Malfoy?”
Salah satu asisten Malkin harus berbalik dan menghadap tembok.
Mata dingin penuh nafsu membunuh menatapnya. “Harry Potter.”
“Aku benar-benar, sangat merasa terhormat bisa bertemu denganmu!”
Mata gelap itu melebar, keterkejutan menggantikan ancaman mematikan.
“Anakmu sudah menceritakan segalanya tentangmu,” Harry melanjutkan, bahkan tak memperhatikan apa yang keluar dari mulutnya dan hanya berusaha berbicara secepat mungkin. “Tapi tentu saja aku tahu tentangmu jauh sebelumnya, semua orang mengenalmu, sang Lucius Malfoy agung! Fadil paling ternama dari seluruh Asrama Slytherin, aku sedang menimbang untuk mencoba masuk ke dalam Asrama Slytherin sendiri hanya karena aku mendengar bahwa kamu pernah belajar di sana waktu kecilтФА”
“Apa yang kamu katakan, Tn. Potter?” datang setengah-jeritan dari luar toko, dan Profesor McGonagall bergegas masuk sedetik kemudian.
Ada kengerian murni tergambar di wajahnya hingga mulut Harry otomatis terbuka, dan terhenti pada tak-ada-yang-perlu-dikatakan.
“Profesor McGonagall!” jerit Draco. “Benarkah itu kamu? Aku sudah mendengar begitu banyak tentangmu dari ayahku, aku sudah berpikir untuk mencoba ditempatkan di Gryffindor supaya aku bisaтФА”
“Apa?” bentak Lucius Malfoy dan Profesor McGonagall secara serempak sempurna, berdiri berdampingan. Kepala mereka berputar memandang satu sama lain dalam gerakan serupa, dan kemudian keduanya tersentak menjauh bagaikan sedang mempertontonkan tarian terkoordinasi.
Ada gerakan mendadak waktu Lucius merebut Draco dan menyeretnya keluar dari toko.
Dan kemudian datang sunyi.
Dalam tangan kiri Profesor McGonagall ada gelas-minum kecil, dipegang miring di satu sisi karena lupa dalam ketergesaan, yang sekarang tetesan alkohol perlahan membentuk genangan kecil anggur merah yang muncul di lantai.
Profesor McGonagall melangkah maju dalam toko sampai ke depan Madam Malkin.
“Madam Malkin,” kata Profesor McGonagall, suaranya tenang. “Apa yang sudah terjadi di sini?”
Madam Malkin melihat balik dalam diam selama empat detik, dan kemudian tertawa terbahak-bahak. Dia bersandar pada dinding, tertawa tak terkontrol, dan memulai tawa kedua asistennya, salah satu sampai merangkak di tanah, cekikikan dengan histeris.
Profesor McGonagall berbalik menghadap Harry, ekspresinya dingin. “Aku meninggalkanmu sendiri selama enam menit. Enam menit, Tn. Potter, sesuai jam.”
“Aku cuma bercanda,” protes Harry, dengan suara tawa histeris terdengar di sekitar.
“Draco Malfoy berkata di depan ayahnya bahwa ia ingin dimasukkan ke dalam Gryffindor! Candaan tidak akan cukup untuk membuatnya jadi seperti itu!” Profesor McGonagall berhenti, terlihat jelas sedang menarik nafas. “Bagian mana dari ‘mengepas jubahmu’ yang terdengar bagimu seperti tolong lemparkan Mantra Confundus pada seluruh alam semesta!”
“Dia dalam konteks situasional di mana tindakan itu masuk akal secara internalтФА”
“Tidak. Jangan menjelaskan. Aku tak mau tahu apa yang terjadi di sini, selamanya. Apapun kekuatan gelap yang merasukimu, itu menular, dan aku tak ingin jadi seperti Draco Malfoy malang, Madam Malkin malang dan kedua asisten malangnya.”
Harry mendesah. Sudah jelas bahwa Profesor McGonagall tidak sedang dalam keadaan jiwa yang cocok untuk mendengar penjelasan masuk akal. Dia memandang Madam Malkin, yang masih bersandar di dinding terbahak-bahak, dan kedua asisten Malkin, yang semuanya terduduk, dan akhirnya pada tubuhnya sendiri yang masih tertutup pita-pengukur.
“Aku belum selesai mengepas baju,” Harry berkata ramah. “Kenapa anda tidak kembali dan menikmati minuman lagi?”
Chapter 6: Kekeliruan Perencanaan
Bla bla disclaimer bla bla Rowling bla bla hak milik.
A/N: Bagian “Kelanjutan” dari bab ini adalah bagian dari bab, bukan omake.
*
Kamu pikir harimu sudah sureal? Coba punyaku.
*
Beberapa anak akan menunggu sampai setelah kunjungan pertama mereka ke Diagon Alley.